Waduk Ciawi Bukan Solusi Akhir
Senin, 21 Januari 2013 – 08:37 WIB
Banjir memang telah akrab bagi kota-kota di Pantai utara Jawa. Menilik sejarahnya, Jakarta dibangun oleh Jan Pieters Z Coen, di awal abad ke 17 dengan konsep kota air (waterfront city). Konsep itu adalah konsep jitu dalam mengatasi banjir. Pada waktu didirikan tahun 1619, Batavia dirancang dengan kanal-kanal seperti kota Amsterdam atau kota-kota lain di Belanda.
Selain luapan air Sungai Ciliwung, secara historis semenanjung dan teluk Jakarta memang rawan banjir akibat peningkatan debit air sungai Cisadane, Angke, Bekasi dan Citarum. Pertumbuhan permukiman yang tak terkendali, mengakibatkan terhambat aliran air ke laut.
Alhasil Kota Jakarta pernah dilanda banjir hebat pada tahun 1621, 1654 dan 1918, 1976, 1996, 2002 dan 2007. Banjir tahun 1996 menggenangi hampir seluruh penjuru kota. Tahun itu menjadi tragedi nasional yang menjadi perhatian dunia. Banjir besar ini dipercaya sebagai banjir lima tahunan yang akan berulang setiap lima tahun. Terbukti pada awal 2002 banjir kembali melanda Jakarta. Siklus itu kembali terulang pada awal 2007 dan awal 2013.(*)
BOGOR- Pembangunan Waduk Ciawi bukanlah solusi final mengatasi banjir Jakarta. Kalimat itu ditegaskan Pemerhati Tata Ruang, Joko Pitoyo. Menurutnya,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS