Wahai BI, Dengar Pendapat Ekonom Ini, Jangan Sampai Aliran Modal Ambyar Semua
"Otomatis (untuk) kembali ke titik normalnya (nilai tukar rupiah) harus punya daya tarik melalui suku bunga BI-nya," ujar Tauhid.
Executive Director INDEF itu menambahkan pengetatan likuiditas dari sisi suku bunga harus lebih gencar agar tidak terjadi over keeping yang bisa mencegah terjadinya konsumsi.
Oleh karena itu, kenaikan 50 basis poin pada Juli nanti adalah start poin yang paling tepat. Kemudian BI bisa melakukannya secara bertahap hingga akhir 2022.
"Agar cepat merespons capital outflow dan juga nilai tukar dan inflasi," kata Tauhid.
Tauhid pun memperkirakan jika dilihat dari tradisi, BI akan menaikkan suku bunga maksimal dua kali hingga akhir 2022. Hal ini bergantung juga dengan kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Namun, dari sisi fiskal, pemerintah bisa memberikan dukungan melalui optimalisasi kebijakan fiskal seperti skema subsidi atau bantuan sosial untuk meredam dampak kenaikan suku bunga.
Dengan demikian, konsumsi masyarakat tidak akan terlalu jatuh dan tidak mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi, meski nantinya likuiditas semakin ketat.
"Agar cost yang ditanggung masyarakat dari sisi bansos maupun subsidi BBM bisa berkurang," kata Tauhid.
Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mengambil sikap untuk menekan laju aliran modal keluar.
- 5 Strategi Bisnis BNI Menghadapi Tantangan Perekonomian 2025
- Menko Airlangga Ungkap Program Belanja Murah Akhir Tahun Cetak Transaksi Rp 71,5 Triliun
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025
- F-PAN Apresiasi Keberhasilan Pemerintah Mengatasi 10 Tantangan Ekonomi di 2024
- Ekonom Sebut Dampak PPN 12% Bakal Memukul UMKM
- Aqua Berangkatkan 30 Marbut Masjid Umrah