Wajah Baru
Oleh: Dahlan Iskan
Di resto itu saya hanya ingin minum --agar pantas. Sebenarnya saya masih punya satu botol air putih, tetapi saya harus lama duduk di situ. Tidak pantas kalau tidak pesan minuman.
"Beras kencur.... ups....kunyit," kata saya. Meski bintang lima resto ini menyediakan minuman tradisional. "Gulanya dipisah," tambah saya.
Ketika minuman warna kuning tiba, saya pun mulai menyeruput. "Ini cocktail," ujar pelayan. Benar. Ada rasa alkohol. Saya enggak jadi meminumnya.
Lalu datang lagi yang kunyit tanpa alkohol. Pakai es. Saya telanjur dapat sambungan telepon dengan Daulat Situmorang.
Saya konsentrasi mendengarkan penjelasannya soal patung Yesus tertinggi di dunia. Yang di Sibeabea, Danau Toba.
Sebenarnya saya ingin mewawancarai Sudung Situmorang, ketuanya, tetapi tidak dapat sambungan. Untung bisa sambung dengan Daulat. Hampir setengah jam saya mendengarkan Daulat (salah satu pembuat patung Yesus di Danau Toba, baca Disway: Katolik Kristen).
Selesai bicara dengan Daulat saatnya melihat rekaman debat Kamala Harris dan Donald Trump. Kunyitnya terlupa. Begitu ingat saya pun ingin meminumnya. Terlihat lalat sudah selesai mandi di dalamnya. Sudah tewas. Nggak jadi minum. Saya tidak komplain apa pun. Saya merasa itu salah saya.
Saya masih harus lama di resto itu. Maka saya order caesar salad. Tanpa daging ayam. Porsinya ternyata kecil, tetapi enak. Singkong rebus pun saya geser untuk menu makan malam.
PUN Bung Karno. Pasti senang melihat perubahan di Sanur ini, apalagi saya. Yang Rabu malam lalu tinggal di sana –untuk acara Bank Indonesia Perwakilan Bali.
- Mabuk Dhani
- Dukung Deklarasi Bersama Istiqlal, UID Serukan Tri Hita Karana Universal
- Berdikari Berkomitmen Beri Harga Terjangkau untuk Daging Ayam hingga Kerbau
- Bank Indonesia & dibimbing.id Kolaborasi Melatih 300 Mahasiwa Mahir Digital Marketing
- Doktor TK
- Kinerja BUMN Melesat di Tahun Ini, Dividen Tercapai 100% Senilai Rp 85,5 Triliun