Wajib Efisiensi Sebelum Tambah Sumber Energi
Namun, menurut Soedjono, Indonesia kurang memperhitungkan fakto pemborosan energi dari sisi pemanfaatan.
Selain itu, subsidi energi yang terus membengkak selama puluhan tahun membuat masyarakat sulit disadarkan tentang pentingnya penghematan energi.
“Di samping itu, kebijakan penghematan energi sering disalahartikan oleh kalangan menengah ke bawah. Mereka seolah-olah harus mengorbankan kenyamanan hidup mereka karena tingkat pemakaian energi yang dinikmatinya masih rendah,” tambah Soedjono.
Menurut dia, kebijakan pemerintah tentang hemat energi tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Jika dikaitkan dengan upaya mitigasi dampak perubahan iklim global, jelas Soedjono, masalah energi akan menjadi tantangan semakin serius untuk mencapai sasaran Perjanjian Paris 2015.
Sebab, kebutuhan energi dari negara-negara berkembang terus meningkat.
Sedangkan negara-negara itu masih sangat tergantung dari energi fosil yang pemanfaatannya menimbulkan dampak gas rumah kaca (GRK).
Menurut dia, upaya efisiensi energi tidak hanya membuat energi lebih produktif, tetapi juga mampu menghemat atau mengonservasi jumlah energi yang dipakai karena pengurangan jumlah pemakaiannya.
Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) II di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/12).
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- Menko Perekonomian Ungkap Potensi Baru Dukungan Transisi Energi untuk Indonesia
- Akses Listrik Berkeadilan Dinilai jadi Kunci Ekosistem Kendaraan Listrik
- Electricity Connect 2024 Siap Jadi Sarana Solusi Inovatif untuk Tantangan Transisi Energi Bersih
- Biofuel jadi Salah Satu Kunci dalam Dukung Transisi Energi Indonesia
- Electricity Connect 2024: Perlu Kemitraan Strategis-Kolaborasi Energi untuk NZE 2060