Wajib Puasa, untuk Biayai Sekolah Gratis

Wajib Puasa, untuk Biayai Sekolah Gratis
Wajib Puasa, untuk Biayai Sekolah Gratis
 Untuk mengelola operasional sekolah tersebut, Dedi membutuhkan biaya Rp 8 juta per bulan. Termasuk menggaji 20 guru serta membayar tagihan listrik dan air. "Dari donatur tetap kami dapatkan Rp 3 juta. Sisanya bergantung pada bantuan donatur lainnya," papar Dedi.

 Hal itu, lanjut Dedi, menjadi tantangan bagi dia dan keluarganya. Jika biaya donatur tak mencukupi untuk mengelola operasional, Dedi terpaksa merogoh kocek istrinya, Een Elviana, 48, yang bekerja sebagai perias. "Jika memang masih belum cukup, kami sekeluarga puasa semua," ucapnya. Sekolah tersebut tampak biasa. Tak ada yang berbeda dari bangunannya. Tapi, Dedi tak mau bekerja dan berpikir biasa saja. Dia ingin melakukan yang terbaik untuk anak didiknya. Termasuk sistem pembelajaran di sekolah.

Benar saja, dia mengerahkan keluarga, kerabat, dan kenalannya untuk membantu mengajar di sekolah tersebut. Misalnya, untuk memberikan keterampilan melalui ekstrakulikuler, Dedi meminta Een untuk membagikan ilmunya kepada murid. "Istri saya mengajar ekskul menjahit, tata rias, dan potong rambut," tutur Dedi.

Sementara itu, putra kedua Dedi, Gilang Cikal Ramadhan, 20, membantu mengajar musik. Di sekolah tersebut, Dedi menyediakan puluhan gitar dan mesin jahit untuk memfasilitasi siswanya berlatih keterampilan. "Supaya mereka bisa memanfaatkannya di rumah. Alhamdulilah jika jadi lahan pekerjaan," terangnya.

MENYANDANG gelar sarjana ekonomi tak membuat Dedi Rosadi bangga akan ilmu yang dimiliki. Pengalaman organisasi yang dia miliki semasa kuliah menguatkan

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News