Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian

Melawan untuk Kebenaran

Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian
Wak Ong. Foto: Dok. Hujan Tarigan.

"Bagi Wak Ong, narkoba itu dosa kedua terbesar setelah menduakan Tuhan. Kurang lebih efeknya sama. Menduakan Tuhan," kata Mak Etek.

Mewarisi Ruh Zakse

Irwansyah lahir di Binjai, 2 Mei 1963. Lelaki yang kini kita kenal sebagai Wak Ong ini sempat menjadi Resimen Mahasiswa di Universitas Kristen Indonesia, Cawang. Sebagai anak bontot dari Bendaharo Katung, Wak Ong diharapkan nantinya akan meneruskan usaha keluarga yang sebelumnya sempat diidamkan Bendaharo Katung jatuh kepada anak sulungnya, Zainal.

Malang, Zainal berumur pendek. Dunia pergerakan membuatnya hanyut dan terseret air bah revolusi pada 1966 silam.

Siapa Zainal?

Semasa kecil, wartawan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu dikenal sebagai Enang. Lahir di Binjai pada 4 Januari 1938. Semasa hidup, Enang aktif di Gerakan Pemuda Sosialis.

Tahun 1959, Enang ikut dalam delegasi Sumatera Utara ke Kongres Pemuda. Setelah kongres berakhir, Enang sempat ingin tinggal di Bandung. Namun angin membawanya tiba di Jakarta dan masuk Fakultas Sejarah Universitas Indonesia. Di tempat itulah, Enang yang dikenal kawan-kawannya di Binjai, tenar sebagai Zainal Zakse.

"Zakse itu singkatan. Z itu Zainal, A itu Abidin, K itu Katung, nama ayah kami. S itu Sikumbang, marga kami dan E itu Enang," kata Wak Ong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News