Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian

Melawan untuk Kebenaran

Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian
Wak Ong. Foto: Dok. Hujan Tarigan.

Wak Ong hanya mendapatkan kisah sosok abangnya yang gugur bersama Arief Rahman Hakim itu dari penuturan orang tua atau saudaranya yang lain.

"Ketika saya lahir, Zainal Zakse sudah di Jakarta," kata Wak Ong.

"Saya mendapatkan nukilan kisahnya dari orang tua dan saudara," kata adik bungsu Zainal Zakse ini.

Pada tanggal 1 Oktober 1966 para mahasiswa memperingati gugurnya Pahlawan Revolusi dengan memancangkan lukisan para pahlawan itu di muka Istana. Namun, keesokan harinya lukisan-lukisan itu disingkirkan oleh pasukan pengawal istana. 

Tentu saja tindakan pengawal istana itu menyinggung perasaan para mahasiswa. Mereka kemudian mencoba masuk ke lapangan sekitar Monumen Nasional untuk meminta kembali lukisan para pahlawan Revolusi. 

Akan tetapi suasana berubah menjadi panas. Pasukan pengawal Istana mengejar-ngejar para mahasiswa dan bahkan di beberapa tempat terjadi tindakan kekerasan.

Bentrokan juga terjadi di gedung RRI. Para mahasiswa dikejar-kejar termasuk orang-orang yang ada disekitarnya. Saat itulah, Zainal Zakse, aktivis yang sekaligus wartawan itu disudutkan ke pagar besi di dekat RRI oleh beberapa anggota pasukan pengawal istana. 

Walaupun sudah mengatakan bahwa ia adalah wartawan, tetapi saja dihantam popor senjata yang beralaskan besi dan ditusuk dengan sangkur. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News