Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian
Melawan untuk Kebenaran
Menurut kisah yang didapat Wak Ong, abangnya kemudian dilarikan RS Bersalin Budi Kemuliaan, kemudian ke RS Cipto Mangunkusumo. Setelah itu diterbangkan ke negeri Belanda untuk upaya penyembuhan. namun agaknya, di Belanda lah si Enang telah berjanji untuk menutup matanya.
"Saya menyampaikan kabar. Seperti abang saya. Kabar yang saya sampaikan hari ini adalah, jauhi narkoba! Perangi!" kata Wak Ong.
Meringkus Bandar
Wak Ong hanya punya keyakinan. Selagi kekuatan yang dititipkan Tuhan kepadanya digunakan untuk menolong orang lain, maka kebaikan akan selalu bersamanya.
"Kita disuruh Tuhan untuk menjadi manusia yang berguna bagi orang lain," kata Wak Ong. "Sekarang, saya tidak takut untuk melaksanakan perintah Tuhan itu. Saya mau menyerahkan diri saya untuk memerangi peredaran narkoba," kata Wak Ong.
Kampanye Wak Ong yang terus berdakwah melawan peredaran narkoba tentu saja mendapatkan perlawan. Ancaman pun kerap diarahkan kepadanya. Keselamatannya benar-benar terancam.
Namun, Wak Ong yang menghidupkan nilai-nilai filsafat Minang di dalam dirinya mempedomani ungkapan "Takuruang di lua, tahimpik di ateh" sudah menyerahkan hidup matinya kepada Tuhan.
Bukannya surut ke belakang, Wak Ong yang kerap mendapat ancaman malah semakin gila. Pada Awal Mei lalu, Wak Ong menyergap transaksi ganja yang dilakukan di lingkungan rumahnya.
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala