Wakapolri Bantah Rekrut Preman Tegakkan Protokol Kesehatan
Ia menjelaskan di pangkalan ojek misalnya pasti memiliki pimpinan informal yang bertanggung jawab untuk mengingatkan anggotanya bila tidak mengenakan masker akan bisa menulari orang lain, atau untuk selalu menjaga jarak.
Menurut Gatot, Polri maupun TNI tidak mungkin terus partroli besar-besaran selama 24 jam.
“Mereka (pimpinan informal) di sana 24 jam sehingga nanti di komunitas ojek itu ada pimpinannya yang informal itu mengingatkan dan akhirnya timbul satu kesadaran kolektif,” paparnya.
Pun demikian dengan pasar tradisional. Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengatakan jumlah pasar tradisional di Indonesia ini banyak sekali.
Dalam realitasnya, ujar Gatot, di pasar tradisional itu tidak ada yang namanya pimpinan.
“Realitasnya ada yang menyebutnya kepala keamanan, ada yang menyebutnya mandor di situ, ada yang menyebutnya jeger. Mereka ini kan tiap hari di sana,” kata dia.
Jadi, sekali lagi Gatot menegaskan bahwa bukan Polri merekrut preman. Menurut dia, keliru kalau sampai disebut bahwa Polri merekrut preman untuk menegakkan protokol kesehatan Covid-19.
“Kami merangkul pimpinan-pimpinan informal yang ada di komunitas itu untuk bersama-sama membangun kesadaran kolektif untuk mematuhi protokol Covid-19. Jadi, mereka tidak menegakkan perda, tidak,” ujar dia.
Komjen Gatot Eddy membantah merekrut preman pasar untuk menegakkan disiplin protokol kesehatan kepada masyarakat.
- Preman Pasar Tumpah Bogor Provokasi Tolak Penggusuran, IPW: Polisi Jangan Kalah
- Komnas HAM Ungkap Aktor Pembubaran Diskusi FTA di Kemang, Oh Si Rambut Kuncir
- Tampang 3 Pemalak Sopir Truk Modus Penjual Minuman
- Tekan Kriminalitas Jelang Pilkada, Polresta Pekanbaru Sikat 22 Penjahat
- FTA Ungkap Fakta Diskusi di Kemang yang Dibubarkan Si Rambut Kuncir Cs, Ternyata
- Diskusi di Kemang Dibubarkan Preman, Pramono Berkata Tegas, Sentil Aparat