'Waktu Aku Pergi, Mamak Menangis'

'Waktu Aku Pergi, Mamak Menangis'
BERMAIN: Zully Hijah Yanti AD bersama siswa SMP Negeri (SMPN) 4 Satu Atap Kecamatan Salatiga, Kalimantan Barat bermain usai pulang sekolah. Dok Pribadi FOR RAKYAT ACEH

"Seminggu pertama rasanya pengin nangis. Rasanya badan nggak terima," tutur anak dari pasangan H. Adrian dan Hj. Sutiana itu.

Tantangan lain yang harus ia hadapi adalah cuaca yang ekstrim dan menu makan. Selera makannya terus menurun karena menu makanan yang ada tak pas di lidahnya. Cuaca yang panas membuat penyakit yang ia idap kambuh.

"Penyakit sinusitisku kumat setelah satu tahun terakhir. Hidung berdarah, karena di sini cuaca panas. Meriang saja bawaannya dan nggak selera makan. Makanya pengin nangis," pungkasnya tertawa.

Bicara urusan cuci dan kakus, perihal yang satu ini lebih parah lagi. Saban hari ia harus mandi dengan air berwarna hitam, hampir serupa dengan bahan bakar minyak solar.

Warga di sana, mau tidak mau harus mengandalkan air sungai untuk kebutuhan itu. Sekelumit kesusahan dan keterbatasan itu ia hadapi dengan tegar dan tetap berusaha untuk menyatu dengan keadaan yang ada.

"Mandi aja pake air hitam. Air sungainya hitam. Cara mengatasinya, mau nggak mau harus mengikuti gimana budaya di sini. Harus membiasakan diri, menyukai makanan dan harus meng-enjoy-kan diri. Lama-lama terbiasa sih," akunya.

Di SMP Negeri (SMPN) 4 Satu Atap, Zully dipercayakan memberikan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa di beberapa kelas. Total jumlah siswa hanya 71 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan.

"Aku mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tujuh, delapan, sembilan. Mengajar penuh selama lima hari sih. Satu hari aja kosong. Guru PNS tiga orang (Kepsek, Wakepsek dan Bendahara), sisanya enam orang guru honor," sebutnya.

Terinspirasi novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Zully Hijah Yanti AD akhirnya mengabdi ke Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News