Waktunya Indonesia Produksi Hasil Tambang
jpnn.com - JAKARTA—Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan hasil tambang. Masyarakat internasional memberikan julukan Indonesia sebagai negara pulau tambang. Hanya saja, potensi tambang yang melimpah belum memberikan manfaat besar. Hal tersebut terjadi karena Indonesia tidak mampu memproduksi sendiri hasil tambang yang dimiliki. Selama ini, kita hanya mengeksport hasil tambang yang masih mentah. Ketidak mampuan Indonesia ini, menimbulkan keuntungan besar bagi negara lain yang bisa memproduksi hasil tambang Indonesia. Sebut saja Cina, Singapura, Spanyol, dan Korea Selatan.
Hal itu dikemukakan, Kepala Komite Sumber Daya Mineral, Kantor Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Herman Afif Kusumo, Selasa (26/8) di Menara Kadin, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Membangun pabrik produksi hasil tambang di Indonesia, aku Herman membutuhkan komitmen semua pihak. Pemerintah perlu menyiasati pengusaha agar mau membuat pabrik hasil tambang di Indonesia.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah, dengan memberlakukan biaya eksport hasil tambang sebesar 10 persen kepada pengusaha yang mengeksport bahan mentah hasil tambang. Biaya tersebut, diluar royalti sebesar 3 persen yang harus dikeluarkan perusahaan tambang.
Adanya biaya eksport tersebut, tentu akan membuat pengusaha berpikir untuk bisa memproduksi bahan tambang yang masih mentah di dalam negri.(aji/jpnn)
JAKARTA—Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan hasil tambang. Masyarakat internasional memberikan julukan Indonesia sebagai negara
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pertamina Patra Niaga Uji Penggunaan Bioethanol E10 Bersama Toyota dan TRAC
- Polisi yang Ditembak Mati Rekan Sendiri Dapat Kenaikan Pangkat Anumerta dari Kapolri
- Sekte Indonesia Emas Dideklarasikan Untuk Mewujudkan Perubahan Sosial
- PFM Tegaskan Ada 15 Kementerian dan 28 Badan Teknis yang Perlu Diawasi
- Unilever Sebut Inklusi, Kesetaraan, dan Keragaman Kunci Bisnis Berkelanjutan
- Kapolri Ajak Pemuda Muhammadiyah Berantas Judi Online & Polarisasi Pilkada Serentak