Wali Kota Hentikan Insentif, Guru Ngaji Protes

Wali Kota Hentikan Insentif, Guru Ngaji Protes
Wali Kota Hentikan Insentif, Guru Ngaji Protes

Bukan hanya para honorer yang mengaku kecewa dengan keputusan ini. Para  guru ngaji, iman masjid juga merasakan  hal yang sama. Menurut mereka seharusnya honmor yang tidak seberapa jumlahnya tidak perlu dipermasalahkan seperti ini. Dan apa yang telah dilakukan Gubernur Gorontalo hanya bisa melukai hati masyarakat.

"Saya rasa ini sudah masuk ranah politik, sehasrusnya ini tidak terjadi. Kalau seperti ini masyarakat bukannya simpati, malah akan berbalik tidak senang. Kami sebagai masyarakat berharap Gubernur Gorontalo bisa menjadi Gubernur masyarakat, bukan hanya menjadi Gubernur sekelompok orang saja, karena masyarakat yang rugi," jelas Abdul Muin Mooduto.

Hal serupa diungkapkan Iman Masjid Al Ihlas Padebuolo Ismail Langaso. "Kecewa pastinya, apalagi honor ini tidak seberapa besar. Harusnya honor ini ditambahkan bukan dihilangkan seperti ini. Kami juga menginginkan seperti ini harus seterusnya, hal-hal seperti ini (honor) kami harapkan pemerintah untuk diperjuangkan. Saya rasa prihatin, agak rasa kecewa juga," jelasnya.

Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim kepada wartawan mengemukakan, evaluasi yang dilakukan terhadap APBD Kota Gorontalo dilakukan secara profesional, proporsional dan tentu berdasar ketentuan perundangan yang ada. "Semuanya dilakukan sesuai ketentuan," kata Idris. (nat/tro)

GORONTALO - Sekitar 1900 honorer, imam masjid, guru ngaji, Badan Kerja Takmirul Masjid (BKMT)dan  pasukan kuning di Kota Gorontalo mulai Januari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News