Walikota Depok Panen Protes
Larang PNS Makan Nasi, Pedagang Ngaku Rugi
Rabu, 22 Februari 2012 – 06:27 WIB
Walaupun baru dimulai sebatas lingkup Pemerintah Kota, dan baru berlangsung 2 sampai 3 bulan belakangan ini, Walikota Optimis program ini akan memberikan dampak yang positif. Nur Mahmudi mengatakan, tujuan utamanya adalah menciptakan ketahanan nasional, mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras dan meningkatkan stabilitas ekonomi. Sehingga membuat investor lebih tenang, dengan harapan Indonesia dapat mengekspor beras seperti yang dilakukan Thailand dan Vietnam.
Apalagi, ujar dia, berdasarkan data konsumsi beras di Indonesia sudah termasuk tinggi yaitu sebesar 130-140 kilogram per tahun/orang. Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan orang Asia lainnya yang hanya mengkonsumsi beras rata-rata sebanyak 65-70 kilogram per tahun/orang. Sehingga perlu upaya menekan tingkan konsumsi yang terlalu tinggi tersebut.
Dari pantauan INDOPOS (JPNN Group), memperlihatkan situasi kantin di lingkungan Pemerintah Kota Depok menjadi sepi. Pendapatan para pedagang pun menurun drastis. “Hari ini saya hanya menjual 20 porsi, biasanya 30 porsi,” ujarnya.
Lain halnya penjual soto, David, dirinya mengaku mengalami penurunan penjualan sampai 70 persen. Dirinya memadukan soto yang dijualnya dengan kentang. Namun tidak hanya pembeli yang langsung datang ke kantin, konsumen yang biasanya meminta untuk diantarkan makanan ke ruang kerjanya pun berkurang.
DEPOK – One Day No Rice yang menjadi program Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail menuai protes. Kebijakan yang melarang pegawai negeri sipil
BERITA TERKAIT
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS