Wamenag: Pembelajaran Agama yang Keliru Picu Intoleransi
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi meyakini pesantren adalah tonggak utama dalam mengawal moderasi beragama.
Menurut dia, moderasi beragama tidak akan bisa tercipta tanpa prinsip adil dan berimbang.
Prinsip seperti itu yang selama ratusan tahun diajarkan di lingkungan pesantren.
Islam wasathiyah atau Islam tengahan, lanjut Wamenag, sesungguhnya menjadi solusi antara dua ekstremitas beragama.
Pertama, ekstrimitas beragama yang bersumber dari tafsir agama yang tekstualis, literer, dan hanya berdasar pada dhohir nash.
"Ini menyebabkan pemahaman agama yang sempit, konservatif dan ultrakonservatif, yang pada titik tertentu dapat membenarkan kekerasan dan kebencian atas nama agama," terang Zainut dalan pesan elektroniknya, Minggu (4/4).
Kedua, kata Wamenag, ekstremitas agama yang ingin melepaskan diri dari teks-teks agama dan mengarah pada pemahaman agama yang bebas dan liberal.
"Pemerintah meyakini pengetahuan agama Islam secara menyeluruh dan mendalam yang adil dan berimbang, banyak bermula dari tradisi pembelajaran di pesantren," jelas dia.
Wamenag meyakini pesantren menjadi tonggak utama mengawal moderasi beragama yang menjadi solusi antara dua ekstremitas beragama
- Kemendikbudristek & Kemenag Memberantas 3 Dosa Besar di Lingkungan Pendidikan Tinggi
- Turning Point Kota Solo dari Intoleran Menjadi Toleran
- Ganjar Menginap di Rumah Warga Tionghoa, Kisah Kupu-Kupu Besar & Toleransi di Ambarawa
- Kunjungi Polda Sumut, Kepala BNPT Ingatkan Cegah Generasi Muda dari Sikap Intoleran
- LDII Sebut Ada Tiga Masalah Toleransi, Ini Solusinya
- Kaesang Pangarep Ninja Muda Penumpas Intoleransi, Pengawal Demokrasi