Wamenag: Pembelajaran Agama yang Keliru Picu Intoleransi
Zainut optimistis pendidikan model pesantren bisa menjadi jawaban atas meningkatnya semangat masyarakat untuk belajar agama saat ini.
Fenomena yang ditemui, meningkatnya gairah belajar agama di masyarakat seringkali tersalurkan melalui pembelajaran lewat internet dan media sosial.
Akibatnya sulit untuk dipastikan kesesuaian metode pembelajaran, sanad keilmuan, dan kapasitas pengajar agamanya.
Pembelajaran agama yang keliru terbukti berpengaruh pada munculnya eksklusivisme beragama dan intoleransi, yang berpotensi konflik di tengah masyarakat, serta mengancam kesatuan bangsa dan nilai-nilai kemanusiaan.
"Kami mengajak seluruh masyarakat pesantren untuk memasyarakatkan dan memelihara Islam wasathiyah, yang merupakan solusi paling tepat menghadapi kemajemukan bangsa," jelas dia.
Zainut Tauhid mengatakan misi kenabian yang diemban pesantren sepatutnya memberi inspirasi menghadapi segala kesulitan yang hadir utamanya pada masa pandemi Covid-19 ini. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Wamenag meyakini pesantren menjadi tonggak utama mengawal moderasi beragama yang menjadi solusi antara dua ekstremitas beragama
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Kemendikbudristek & Kemenag Memberantas 3 Dosa Besar di Lingkungan Pendidikan Tinggi
- Turning Point Kota Solo dari Intoleran Menjadi Toleran
- Ganjar Menginap di Rumah Warga Tionghoa, Kisah Kupu-Kupu Besar & Toleransi di Ambarawa
- Kunjungi Polda Sumut, Kepala BNPT Ingatkan Cegah Generasi Muda dari Sikap Intoleran
- LDII Sebut Ada Tiga Masalah Toleransi, Ini Solusinya
- Kaesang Pangarep Ninja Muda Penumpas Intoleransi, Pengawal Demokrasi