Wanita Danantara
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Wanita Disway satu ini awalnya jadi buruh pabrik panci. Di pabrik itu dia bertemu buruh laki-laki yang masa kerjanya lebih lama. Cinlok. Kawin.
Orang tuanya awalnya tidak merestui. Dia sendiri anak orang miskin, dapat suami lebih miskin lagi.
Setidaknya hemat tempat kos dekat pabrik. Satu kamar berdua. Di situ pula punya anak. Lalu anak kedua.
Orang tuanya beberapa kali "memanggil" pasangan ini. Tepatnya: memanggil menantu. Diminta agar ceraikan istri.
Dia tidak mau. Dia cinta suami. Si suami hanya tunduk diam.
Wanita Disway ini jatuh sakit: di empedunya ada batu. Dia pun berhenti bekerja. Pulang ke desa. Tinggal dengan orang tua.
Suami ikut mertua. Setiap hari ke pabrik naik kendaraan umum. Tinggal suami yang berpenghasilan –kecil.
Di rumah, si wanita Disway mengasuh anak. Namun ketika anak sudah sekolah dia bengong. Tiap hari. Tersiksa. Biasa kerja.
Dia bukan bos. Kalaupun bisa disebut begitu dia itu bos kecil. Kecil sekali. Tetapi menghadapi Lebaran seperti ini dia mikir THR. Untuk orang lain.
- Air Mata
- Kanang Desak Bersih-Bersih Total Sebelum Kolaborasi dengan Danantara
- Terbitkan SE, Menaker Tegaskan THR Harus Dibayar Penuh, tidak Boleh Dicicil
- Akbar Supratman: MPR Akan Mengawasi Pencairan THR Karyawan, Ojol, dan Kurir Online
- Ajak Perguruan Tinggi Memperkuat Danantara, Viva Yoga: Pastinya dengan Kajian Ilmiah
- Danantara Ditugaskan Untuk Evaluasi Proyek Hilirisasi