Wapres ; Waspadai Gejala Radikalisme

Wapres ; Waspadai Gejala Radikalisme
Wapres ; Waspadai Gejala Radikalisme
Kecenderungan radikalisme, kata Boediono,  masih saja tidak mau pergi, baik di tanah air maupun di negara-negara lain. "Masih ada pemikiran bahwa konflik antar-peradaban justru semakin intens, bahkan mendasari konflik-konflik antar-kelompok atau antar-bangsa di masa mendatang," katanya.

Ia berharap Indonesia bisa menjadi sebuah contoh pelaksanaan keberagaman kehidupan. "Kepeloporan kita menjadi semakin penting karena angin perubahan yang membawa prinsip universal itu juga menghadapi banyak tantangan," kata guru besar ekonomi Universitas Gadjah Mada tersebut.

Boediono menyebutkan, abad ke-20 merupakan era paling berdarah dalam sejarah peradaban manusia, dengan jumlah korban terbanyak sepanjang masa.  Itu adalah abad

yang dipenuhi dengan perang dan kekerasan karena perbedan warna kulit, bahasa, dan agama. Konflik tersebut juga sudah dimulai ribuan tahun sebelumnya.

"Umat manusia acapkali tak segan saling membunuh, bahkan mengobarkan peperangan, untuk menghapuskan kaum yang mempunyai ciri berbeda. Selama beribu-ribu tahun manusia enggan menerima adanya perbedaan dan keberagaman," kata Boediono.

JAKARTA - Wakil Presiden Boediono memandang radikalisme sebagai sebuah ancaman riil yang bisa menceraiberaikan sendi-sendi  kehidupan masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News