Wardah yang ITB dan ITB
Oleh Dahlan Iskan

jpnn.com - “Saya ini hanya menanam akarnya,” ujar Bu Nurhayati, pemilik kosmetik Wardah. “Anak-anak kami yang membesarkannya,” tambahnya.
Bu Nurhayati punya tiga anak. Yang dua, laki-laki. Mengikuti jejaknya: kuliah di ITB.
Hanya beda-beda jurusan. Sang ibu kuliah di farmasi. Anak pertama ambil kimia. Anak kedua belajar elektro.
Putrinya yang memilih UI: masuk fakultas kedokteran. Pilih menjadi spesialis kulit.
Suami Bu Nurhayati sendiri juga lulusan ITB. Kimia. Di ITB-lah cinta bersemi. “Kampus kimia dan farmasi kan berdekatan,” katanya dengan tersenyum.
Nurhayati lulus ITB dengan nilai tertinggi: cum laude. Lalu kuliah apoteker.
Keinginan awal Nurhayati menjadi dosen. Dia melamar ke ITB. Ditolak. Nurhayati pulang ke Padang. Membawa pertanyaan tak terjawab: mengapa ditolak jadi dosen.
Di Padang Nurhayati bekerja di rumah sakit. Pacaran berlanjut. Jarak jauh. Pacarnya bekerja di perusahaan minyak.