Warga Aborijin Gay dan Lesbian Masih Dikucilkan oleh Komunitasnya
Di saat Parade ‘Mardi Gras’ Gay dan Lesbian di Sydney masuk tahap persiapan menyambut hari-H 7 Maret, para peserta dari kalangan Aborijin turut merayakan, meski komunitas mereka sendiri sering menjauhi karena orientasi seksual yang berbeda.
Stigma menjadi warga Aborijin gay atau lesbian sangat berkesan mendalam bagi banyak orang dan ini bisa menyebabkan penganiayaan dan bahkan dalam kasus yang ekstrim, bunuh diri.
Rosalina Curtis paham akan rasa sakit karena tumbuh dengan orientasi yang berbeda. Ia adalah ‘sistergirl’, warga Aborijin yang transgender, dan dibesarkan di komunitas Aborigin terpencil di Wilayah Utara Australia.
"Saya tahu bahwa saya berbeda dari orang lain pada usia yang sangat muda, saya tahu bahwa dalam diri saya adalah seorang gadis tapi saya terlahir berbeda, saya berpikir seperti seorang gadis," ceritanya.
"Saya menyembunyikannya dari keluarga dan teman-teman, tapi ketika saya akhirnya terbuka, itu kepada ibuku," tambahnya.
Sementara Rosalina akhirnya mendapat dukungan dari ibunya, mayoritas ‘sistergirl’ tak mengalami penerimaan yang sama dari keluarga dan masyarakat.
Tingkat bunuh diri di antara kalangan warga Aborijin gay dan lesbian tinggi
Di saat Parade ‘Mardi Gras’ Gay dan Lesbian di Sydney masuk tahap persiapan menyambut hari-H 7 Maret, para peserta dari kalangan Aborijin
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat
- Dunia Hari Ini: Tiga Orang Ditangkap Terkait Meninggalnya Penyanyi Liam Payne
- Latihan Militer Terpisah dengan Rusia dan Australia, Indonesia Tak Ingin Dikuasai oleh Siapa Pun?