Warga Asal Indonesia di Australia Ini Masih Bekerja dan Menikmati Pekerjaan Di Atas Usia 60 Tahun

"Bisnis yang saya lakukan adalah untuk mencari kegiatan supaya tetap sibuk, supaya otak kita tetap jalan, agar otak tidak jadi bodoh," katanya.
"Namun kesibukan itu juga jangan membuat kita stres. Kita harus menemukan keseimbangan hidup antara bekerja dan juga menikmati hidup," katanya.
Freenyan mengaku ia lebih menikmati apa yang dilakukannya di Australia, sangat berbeda dengan yang pernah ia rasakan saat tinggal di Jakarta, meski lebih banyak fasilitas.
"Di Indonesia kita bisa hidup seperti raja, sopir ada, di rumah ada pembantu, pada dasarnya kita tinggal makan saja."
"Juga kalau ada proyek ada begitu banyak orang yang terlibat.
"Di Australia, walau saya seorang direktur apa-apa harus saya kerjakan sendiri, harus masak sendiri.
"Namun saya suka melakukannya, saya tidak mengeluh. Kalau pergi ke hutan, kita bisa menikmati suara burung, menikmati alam ke daerah yang tidak jauh dari kota." katanya lagi.
'Saya merasa berguna'
Tahun lalu, Widianti Oh berhenti dari pekerjaan 'full time'-nya sebagai tenaga pendidik anak-anak balita di sebuah pusat penitipan dan perawatan anak-anak atau 'childcare' di Melbourne.
Sejumlah warga asal Indonesia di Australia masih bekerja di atas usia 60 tahun, beberapa diantaranya bahkan menemukan karier kedua
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia