Warga Asing Temukan Surga, Warga Lokal Masih Menderita

Warga Asing Temukan Surga, Warga Lokal Masih Menderita
Warga Asing Temukan Surga, Warga Lokal Masih Menderita
Keberadaan pelabuhan laut di tengah kota kian menciptakan kemacetan. Aktivitas bongkar muat peti kemas dan hilir mudik tronton menambah kemacetan dalam kota. Banyaknya kendaraan yang masuk ke Timor Leste disebabkan regulasi bebas bea impor kendaraan bekas asal Singapura dan Jepang. Harganya pun murah. Dengan USD 2.000, warga sudah bisa memperoleh kendaraan bermerek. Warga negara itu berlomba-lomba memiliki kendaraan berbagai merek dan model dengan kondisi fisik yang masih bagus.

"Jangan salah, orang bisa punya mobil, tapi belum tentu hidupnya berubah jadi baik. Masih banyak orang Timor yang susah," kata Armandina da Costa, 29, warga Dili, kemarin. Perubahan infrastruktur baru menyentuh fasilitas pemerintahan. Misalnya, pembangunan gedung baru bagi 34 kementerian negara. Selain itu, pembangunan gedung kedutaan negara lain dan kediaman duta besar negara sahabat.

Fasilitas umum belum juga tersentuh. Tidak ada perubahan signifikan dalam sepuluh tahun terakhir. Gedung sekolah, rumah sakit, dan pasar masih menggunakan fasilitas lama peninggalan pemerintah Indonesia. Air bersih dan listrik pun demikian.

Rakyat masih berdiam di perumahan-perumahan yang tertinggal, yang lolos dari amuk api pascajajak pendapat 10 tahun lalu.

Pembangunan rumah baru oleh penduduk hanya terlihat di bagian barat Kota Dili. Di timur dan selatan nyaris tak tampak bangunan rumah baru milik pribadi. "Bagaimana bisa membangun rumah yang layak, rakyat masih fokus memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari," jelas Marcal Amaral, 47, salah seorang mantan pejuang kemerdekaan, yang menetap di Becora, Dili Timur, kemarin.

  Anggaran pembangunan di Timor Leste bakal terus bertambah setiap tahun. Sayang, 10 tahun terakhir, hasil pembangunan belum banyak menyentuh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News