Warga Australia di Shanghai Khawatir Dipisahkan dari Keluarga Mereka karena COVID

Pihak berwenang di kota Shanghai mengatakan tiga orang meninggal karena COVID. Ini adalah laporan pertama kematian karena virus tersebut.
Kematian itu dilaporkan di saat ribuan warga di kota tersebut masih berada di 100 fasilitas karantina bagi mereka yang positif karena COVID meski tidak ada gejala atau hanya mengalami gejala ringan.
Salah seorang di antaranya adalah Beibei, seorang agen penjual rumah.
Dia harus menginap bersama ribuan orang lain di National Exhibition and Convention Centre yang sekarang dijadikan pusat karantina dengan kapasitas 50 ribu tempat tidur pasien.
Perempuan berusia 30 tahun tersebut mengatakan lampu di hall pameran tersebut hidup sepanjang malam, dan dia belum menemukan fasilitas air panas untuk mandi.
Beibe dan suaminya diperintahkan untuk isolasi di pusat pameran terbesar di kota tersebut setelah sebelumnya selama 10 hari mereka melakukan isolasi mandiri di rumah karena hasil tes positif.
Karena itu dia harus terpisah dari bayi perempuannya yang berusia dua tahun, yang negatif COVID, dan sekarang harus tinggal bersama kakek-neneknya, setelah baby sitter mereka juga harus menjalani karantina.
Kebijakan memisahkan anak-anak dari orangtua mengkhawatirkan sebagian warga asing yang tinggal di Shanghai.
Warga Australia yang sedang menjalani lockdown di kota Shanghai di Tiongkok mengatakan memisahkan anak-anak yang positif COVID dari orangtua mereka adalah tindakan yang
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia