Warga di Kawasan Penjarahan Minyak di Sumsel yang Hidup di Antara Pencemaran dan Kecemasan

Mengungsi Seminggu setelah Pipa Depan Rumah Bocor

Warga di Kawasan Penjarahan Minyak di Sumsel yang Hidup di Antara Pencemaran dan Kecemasan
Sungai simpang tungkal yang tercemar minyak akibat Illegal Taping di desa Simpang Tungkal, Kabupaten Musi Banyuasin , Minggu (7/12/12). Sungai ini tercemar sejak maraknya illegal taping di desa tersebut. Foto : Fedrik Tarigan/Jawa Pos
Sebelum peristiwa yang menyedot perhatian nasional itu, pasangan suami-istri Yakub-Siti Rodiyah yang tinggal di Kampung Letang, Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, bahkan sudah pontang-panting. Juni lalu minyak menyembur dari pipa yang melintas di depan rumah mereka.

Mereka lari ketakutan karena khawatir tumpahan minyak itu menyulut kebakaran atau memicu ledakan. Kekhawatiran itu memang akhirnya tak terjadi. Tapi, mereka harus mengungsi seminggu ke masjid desa.

Selain itu, minyak yang mencemari lingkungan tersebut juga memengaruhi kesehatan. Yakub jadi sering terbatuk-batuk hingga badan menggigil. Dia pun sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu di Kabupaten Sekayu.

"Saya ngamar (opname, Red) di Sekayu tiga hari. Batuk-batuk terus, dada sesak, dan tidak bisa buang air," ungkapnya.

Pencemaran akibat penjarahan minyak menyebabkan sumber air bersih sekaligus kesehatan warga terganggu. Mereka rata-rata tahu siapa pencurinya, tapi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News