Warga di Kawasan Penjarahan Minyak di Sumsel yang Hidup di Antara Pencemaran dan Kecemasan

Mengungsi Seminggu setelah Pipa Depan Rumah Bocor

Warga di Kawasan Penjarahan Minyak di Sumsel yang Hidup di Antara Pencemaran dan Kecemasan
Sungai simpang tungkal yang tercemar minyak akibat Illegal Taping di desa Simpang Tungkal, Kabupaten Musi Banyuasin , Minggu (7/12/12). Sungai ini tercemar sejak maraknya illegal taping di desa tersebut. Foto : Fedrik Tarigan/Jawa Pos
Lalu, mereka pindah ke Babat Supat, Banyuasin dan membuat batu bata. Usaha itu ternyata sukses. Saat ini mereka memiliki rumah cukup luas dan bisa menyekolahkan anak-anaknya.

Menurut catatan PT Elnusa Jambi, operator pipa Pertamina di jalur Tempino-Plaju, pencurian minyak itu berlangsung sejak 2009. Namun, saat itu baru muncul 12 kejadian. Desa-desa yang menjadi lokasi pencurian adalah Letang, Langkan, Babat (masing-masing dua kali kejadian), serta Sei Lilin, Sindang Marga, Lubuk Karet, Gajah Mati, Simpang Tungkal, dan Lubuk Lancang dengan sekali kejadian.

Seperti Yakub-Siti Rodiyah, warga di empat dusun yang masuk Desa Simpang Tungkal itu kebanyakan pendatang, terutama dari Jawa Tengah. Mereka memilih tak berurusan dengan para pencuri karena kerap diintimidasi.

"Mereka (para pencuri) bilang, kami tidak mengganggu warga. Tapi, kalau warga macam-macam, matek (mati)," ucap Solikhah yang berasal dari Salatiga, menirukan ucapan para pencuri.

Pencemaran akibat penjarahan minyak menyebabkan sumber air bersih sekaligus kesehatan warga terganggu. Mereka rata-rata tahu siapa pencurinya, tapi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News