Warga Difabel Diberi Kesempatan Nikmati Klab Malam
Bagi Sarah Wardle, 24 tahun, berdandan, menata rambut, dan pergi ke pusat kota di malam hari, bukanlah hal mudah yang biasa ia lakukan.
Anak bungsu dari 7 bersaudara ini biasanya pergi ke sebuah klub malam sebulan sekali dengan kakak perempuannya. Tapi sudah lama ia tidak pergi sejak kakak-kakaknya tidak lagi serumah.
Bagi banyak warga difabel, bisa pergi keluar di malam hari tanpa bantuan orang lain bisa jadi hal yang sulit. Bahkan mereka menemukan hambatan, jika memiliki keterbatasan fisik atau harus duduk di kursi roda.
Tapi, lewat sebuah acara yang dianggap pertama kalinya di Australia Barat, Sarah punya kesempatan untuk berkumpul, berdansa, bergoyang bersama tanpa ada tekanan. Acara ini digelar di Newport Hotel di kawasan Fremantle.
Dua perempuan berfoto bersama sambil tersenyum lebar.
Kelly Buckle, event organiser, ingin berikan kesempatan sama bagi Sarah Wardle, untuk menikmati dansa di malam hari.
ABC News: Briana Shepherd
Kelly Buckle, pendiri yayasan yang membuat lagu, tarian dan drama untuk warga difabel, menyelenggarakan acara tersebut. Ia sudah tahu jika acara ini akan populer.
"Salah satu pembicaraan terbesar adalah tidak ada tempat saat ingin keluar di malam hari, berdandan, dan pergi ke sebuah klub malam," katanya.
"Hal yang biasanya kita anggap biasa saja."
Sarah bekerja tiga hari seminggu di Fiona Stanley Hospital sebagai pembersih. Ia naik bis, kemudian kereta, disambung bis lagi untuk mencapai tempat kerjanya.
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Kondisi Bus Trans Semarang Ludes Terbakar di Jalan Manyaran-Gunungpati
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Kaltim Raih Peringkat 13 Nasional di Ajang PEPARNAS XVII 2024