Warga Difabel Indonesia Gunakan Teknologi Digital untuk Bertahan di Tengah Pandemi

"Karena saya menjual kebutuhan sehari-hari di desa, otomatis orang tetap mencari."
Perempuan berusia 36 tahun ini menjadi tulang punggung keluarganya, untuk membiayai hidup ibu, kakak dan keponakannya.
Dalam menjalani hidupnya, Agustina mengaku banyak terbantu oleh informasi dari televisi dan internet. Selain pengetahuan bisnis digital, ia juga dipertemukan dengan alat transportasi difabel dari internet.
Bulan Juni lalu, ia membeli mobil buatan Solo, Jawa Tengah, yang sudah dimodifikasi untuk warga difabel.
"Saya juga belajar nyetir dari internet dan sekarang saya berusaha untuk mendapatkan SIM. Namun menurut informasi saya tidak bisa mendapatkan SIM D di Kabupaten Toraja tetapi harus ke Makassar."
Sebelum memiliki mobil tersebut, Agustina juga sudah memiliki berbagai alat transportasi lain seperti sepeda motor yang sudah dimodifikasi.
Dari membatik ke jualan keliling
Pandemi COVID juga mengubah apa yang dilakukan Andika Indra Saputra yang tinggal di Boyolali, Jawa Tengah.
Sebelum pandemi, Andika yang memiliki difabel 'cerebral palsy', yaitu kondisi lumpuh otak yang menyebabkan gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh, bekerja sebagai pembatik di Yogyakarta.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2019, jumlah difabel di Indonesia adalah 21,5 juta orang atau sekitar 8 persen dari populasi Indonesia
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia