Warga Difabel Indonesia Gunakan Teknologi Digital untuk Bertahan di Tengah Pandemi

Warga Difabel Indonesia Gunakan Teknologi Digital untuk Bertahan di Tengah Pandemi
Agustina Lengkong dengan warung di rumahnya menjual kebutuhan sehari-hari di Toraja. (Supplied)

Dari jumlah tersebut, menurut Ishak, baru sekitar 40 persen yang memiliki akses digital, seperti kepemilikan hape atau gawai lainnya.

Saat ini, pergerakan kelompok difabel tengah membuat survei kedua untuk mengetahui keadaan sebenarnya di masa pandemi, hal yang dinilai Ishak Salim sebagai sebuah kemajuan.

"Ketika melakukan survei masing-masing teman difabel memberikan kontribusi mulai dari desain survei, apa yang harus dilakukan sampai kemudian pada pengelolaan hasilnya," kata Ishak.

Sekarang sudah terkumpul data dari 1.680 orang difabel dan hasilnya akan disebarkan di pertengahan bulan Desember.

Teknologi daring seperti pertemuan lewat Zoom, juga membuat proses menjangkau para pegiat difabel di seluruh Indonesia lebih mudah dilakukan.

"Dari hasil survei kami bisa memberikan masukan kepada Pemerintah yang dalam reaksi cepatnya juga bisa menyertakan kepentingan kelompok difabel," kata Ishak lagi.

Kelompok pegiat difabel sendiri bisa menggunakan hasil riset untuk kepentingan masing-masing organisasi entah sebagai bahan advokasi maupun sebagai bahan untuk riset lanjutan.

"Adanya survei dan pertemuan Zoom, misalnya membuatt organisasi difabel yang sudah punya kapasitas bagus, bisa menjangkau organisasi di daerah yang kapasitasnya masih terbatas.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2019, jumlah difabel di Indonesia adalah 21,5 juta orang atau sekitar 8 persen dari populasi Indonesia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News