Warga Difabel Indonesia Gunakan Teknologi Digital untuk Bertahan di Tengah Pandemi

Warga Difabel Indonesia Gunakan Teknologi Digital untuk Bertahan di Tengah Pandemi
Agustina Lengkong dengan warung di rumahnya menjual kebutuhan sehari-hari di Toraja. (Supplied)

"Jadi pergerakan lebih intensif dan meluas, aktivitasnya semakin membuncah," kata Ishak Salim.

Adanya konsolidasi berkat pandemi COVID, menurut Dr Ishak juga digunakan kelompok difabel untuk merespon kegiatan lain, tak hanya soal COVID-19.

"Misalnya seperti gempa di Sulawesi Barat, atau banjir di Malang, atau kejadian di NTT, juga untuk hal lebih luas seperti pemenuhan hak-hak disabilitas menurut PBB. 

"Yang dilakukan teman-teman sekarang adalah tetap menjaga dan memperkuat jaringan yang ada."

Harapan agar ada tunjangan difabel

Hari Disabilitas Internasional jatuh setiap tanggal 3 Desember dan tahun ini mengusung tema  “Kepemimpinan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas Menuju Tatanan Dunia yang Inklusif, Aksesibel, dan Berkelanjutan Pasca COVID-19”.

Andika dan Agustina punya harapannya masing-masing.

Andika Saputra berharap agar Pemerintah Indonesia memberikan tunjangan bagi mereka yang difabel, seperti halnya yaang dilakukan di Australia.

"Tidak memandang kaya atau miskin, difabel harus dilindungi oleh pemerintah. 

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2019, jumlah difabel di Indonesia adalah 21,5 juta orang atau sekitar 8 persen dari populasi Indonesia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News