Warga Dorong Percepatan Pembangunan PLTU Batang
Saat ini dari total lahan PLTU sebanyak 226 hektar, masih ada sekitar 13% lahan yang belum dibebaskan. Proyek PLTU Batang memiliki kapasitas 2 x 1000 MW ini menelan biaya investasi hingga US$4 miliar atau hampir Rp48 triliun dan merupakan PLTU terbesar di ASEAN.
Samsudin, perwakilan warga mengatakan, sesungguhnya masyarakat Batang sangat berharap agar pembangunan PLTU agar segera dimulai agar dapat membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi di sekitarnya berjalan lebih positif.
"Bagi pemilik lahan, selama proyek ini untuk kepentingan umum dan penentuan harganya adil, warga akan selalu mendukung," kata Syamsudin.
Karnadi, salah satu pemilik lahan yang juga ikut dalam sosialisasi pembebasan lahan PLTU menambahkan, masyarakat Batang memahami bahwa proyek ini sangat penting bagi kabupaten Batang. Karena itu dengan penerapan UU No. 2, untuk membebaskan sisa lahan PLTU, akan memberikan kepastian bahwa proyek ini akan benar-benar terwujud.
"Kami melihat proyek PLTU ini memiliki dampak yang besar dan positif bagi ekonomi di Batang. Karena itu kepastian dari pemerintah untuk melanjutkan proyek ini sangat melegakan. Kami yakin dengan sifat masyarakat Batang, langkah PLN akan mendapatkan dukungan luas, yang penting dilakukan secara transparan dan adil ," jelasnya.
Proses sosialisasi pembebasan tanah PLTU Batang akan dilanjutkan kepada pemilik lahan. Kegiatan tersebut akan melibatkan Pemkab Batang, Pemprov Jateng dan PLN. Diharapkan melalui sosialisasi yang simultan, masyarakat akan semakin memahami peran dan dampak penting pembangunan PLTU Batang bagi upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sebelumnya sejumlah elemen masyarakat dari berbagai latarbelakang seperti gabungan kelompok tani (Gapoktan), Kelompok Nelayan, Kelompok Pemuda dan Perwakilan para kepala desa di wilayah proyek PLTU melakukan doa bersama dan mendeklarasikan Hari Tani PLTU Batang.
Kegiatan yang diikuti oleh ribuan warga dari desa-desa yang akan terkena dampak pembangunan PLTU Batang ini, merupakan inisiatif warga guna mendorong terwujudnya proyek pembangkit listrik berkapasitas hingga 2.000 MW itu.
Ketua Gapoktan Desa Ponowaren Marpu menjelaskan, kekhawatiran bahwa proyek PLTU Batang akan mengurangi lahan pertanian tidak beralasan. Pasalnya pembangunan bendungan Kedung Pingit di sekitar wilayah itu telah menciptakan lahan pertanian baru. Sebagai contoh di desa Ponowareng akan ada tambahan sawah seluas 74 hektar (ha), desa Kenconorejo sekitar 300 ha dan Kedungsegog sekitar 400 ha.
"Areal sawah produktif yang terkena dampak PLTU hanya sekitar 23 ha. Jumlah itu tidak akan mengurangi produktifitas hasil pertanian karena ada pencetakan sawah baru hingga ratusan hektar berkat bendungan pingit," jelas Marpu di Batang. (sam/jpnn)
BATANG - Bupati Batang, Jateng, Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan, warga masyarakat pemilik lahan di lokasi proyek PLTU Batang dan warga Batang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Beragam Produk Properti Berkualitas Hadir di Pameran Summarecon Expo 2024
- Rembuk Tani jadi Cara Pupuk Indonesia Penuhi Kebutuhan Petani Sragen
- Harga Minyakita Tak Naik di Semua Daerah, Ah Masa?
- Dukung Industri dalam Negeri, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas PLB ke Perusahaan Ini
- Gandeng LAPI ITB, Pertamina Patra Niaga Gerak Cepat Investigasi Kualitas Pertamax
- Mendag Klaim Harga Minyakita Bakal Turun Pekan Ini