Warga Indonesia Berusaha Mematahkan Stigma Perkawinan Campur dengan Terbuka Membicarakannya

Warga Indonesia Berusaha Mematahkan Stigma Perkawinan Campur dengan Terbuka Membicarakannya
Muntini Cooper (kedua dari kiri) harus menghadapi stigma setelah menikah dengan pria Kaukasia. (Supplied)

"Kalau kita perempuan nikah dengan warganegara asing itu seolah-olah dulunya 'orang nakal' atau kawin kontrak."

Muntini juga ingat bagaimana ketika rumah mereka berdua sedang dibangun, orang-orang berspekulasi suaminya akan meninggalkannya sebelum rumahnya rampung dibangun.

Ketika usia pernikahan mereka lima tahun, Muntini dikaruniai anak kembar perempuan.

Ia bercerita bagaimana ketika masih bayi, anak-anaknya sempat memiliki kulit putih, pipi berwarna merah jambu dan rambut yang sedikit pirang.

Ini menjadi salah satu momen bahagia baginya dan sang suami, sebelum dirusak oleh komentar orang asing.

"Ke mana pun saya pergi, selalu dikira baby sitter," ujar Muntini.

"Abis itu [mereka juga suka bilang] begini, 'Pasti suamimu bule ya? Makanya anakmu cantik-cantik'."

Di satu titik, Muntini hanya ingin menutup diri.

Pasangan beda negara masih terus mengalami stigma di Indonesia, yang terkadang berupa komentar atau pertanyaan menyakitkan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News