Warga Kecewa Dengan Pemilu Singapura
jpnn.com, SINGAPURA - Hari ini menjadi momen istimewa warga Singapura karena akan memiliki presiden baru.
Presiden kedelapan tersebut adalah perempuan dari etnis Melayu. Namun, kenyataannya, publik kecewa.
Mereka kecewa bukan pada sosok Halimah Yacob, perempuan yang akan menggeser Tony Tan dari kursi presiden, tapi lebih pada prosesnya yang dianggap tidak demokratis.
Sekitar 5,6 juta penduduk Singapura merasa tak dianggap dalam pemilu.
Amandemen konstitusi Singapura yang membuatnya begitu. Peraturan baru membuat Halimah maju sendirian dalam proses pemilihan presiden.
Karena tak ada lawan, Komisi Pemilihan Umum Singapura (PEC) merasa tak perlu melaksanakan pemungutan suara.
Sebenarnya, Mei lalu, sudah ada yang menggugat amandemen yang diketok pada September 2016 tersebut karena dianggap tidak demokratis.
Namun, pengadilan menolaknya. Komentar pedas pun bermunculan di banyak media sosial.
Sekitar 5,6 juta penduduk Singapura merasa tak dianggap dalam pemilu
- Presiden Halimah: Kerja Sama Tripatrit Pemulihan Pasar Tenaga Kerja
- Presiden Halimah Terpaksa Tinggalkan Rusun Pink-nya
- Halimah Yacob Setiap Ramadan Selalu Santuni Ratusan Orang
- Pemimpin Perempuan di Asia, Antara Tekanan dan Stereotipe
- Aksi Diam dan Tagar Not My President untuk Halimah Yacob
- Halimah Pilih Apartemen Pink Ini ketimbang Istana Presiden