Warga Kenya Salahkan Pemerintah atas Serangan Militan di Kampus Garissa
jpnn.com - MOGADISHU - Penduduk Kenya menyalahkan pemerintah atas serangan militan Al Shabaab yang terus terjadi di negaranya. Mereka mengatakan tensi serangan naik setelah Kenya mengirim pasuka ke Somalia untuk memerangi militan Al Shabaab. Imbasnya, mereka marah dan balik menyerang Kenya.
Selama ini Kota Garissa memang menjadi target yang paling mudah bagi militan Al Shabaab. Sebab, lokasinya dekat dengan Somalia sehingga militan Al Shabaab mudah melarikan diri setelah menyerang. Meski mengetahui hal itu, penjagaan di Garissa tidak terlalu ketat.
Pada Kamis (2/4) lalu penyerangan kembali terjadi oleh sekelompok militan Al Shabaab di kampus Garissa University College, Kenya. Sekelompok militan menyerang dan mengeluarkan tembakan secara membabi buta. Suasana tenang di perkuliahan itu pun berubah menjadi jerit ketakutan.
Hingga kini, 15 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 65 orang luka-luka. Empat korban luka lainnya dilarikan ke rumah sakit di Nairobi karena kritis.
"Polisi dan tentara telah mengepung Garissa University College. Kami akan berusaha membuat para pelaku keluar," ujar Kepala Polisi Kenya Joseph Boinet.
Dia menjelaskan bahwa serangan terjadi pada pagi. Seluruh militan masuk ke kampus dengan mengenakan topeng. Setelah melakukan penembakan, mereka menyandera puluhan orang. Belum diketahui secara pasti jumlah sandera. Namun, kampus yang didirikan pada 2011 itu memiliki 815 mahasiswa.
Sama dengan serangan-serangan Al Shabaab sebelumnya, mereka memisahkan antara mahasiswa muslim dan nonmuslim. Hanya mahasiswa nonmuslim yang dijadikan sandera, sedangkan yang muslim dibiarkan bebas. Mahasiswa yang telah dibebaskan sekitar 50 orang. 'Kami memisahkan orang-orang dan membebaskan yang muslim. Pertarungan masih berlangsung di dalam kampus,' ujar Syekh Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer Al Shabaab.
Polisi berhasil menembak mati seorang pelaku saat berusaha melarikan diri dari lokasi. Baku tembak terus terjadi. Toko-toko di sekitar lokasi kejadian ditutup. Rumah sakit di Garissa juga ditutup untuk umum. Para dokter disiagakan untuk merawat para korban luka. "Ini mengerikan. Ada tembakan di mana-mana," ujar mahasiswa bernama Augustine Alanga yang berhasil melarikan diri.
Grace Kai, salah seorang mahasiswa di Garissa Teachers Training College, menyatakan bahwa serangan itu sudah diprediksi sebelumnya. Ada desas-desus bahwa Kota Garissa akan diserang karena beberapa orang asing tampak berkeliaran. Mereka ditengarai teroris.
"Pada Senin, rektor menyatakan bahwa orang asing tampak di kampus. Selasa, kami dipulangkan cepat dan kampus ditutup. Tetapi, kampus Garissa University College tetap buka dan kini mereka diserang," ujar Kai yang kampusnya bersebelahan dengan Garissa University College.
Saat kejadian, Garissa University College hanya dijaga dua orang polisi.
Serangan itu menjadi pukulan telak bagi Presiden Kenya Uhuru Kenyatta. Sehari sebelum penyerangan, dia menyatakan bahwa negaranya aman untuk dikunjungi turis. Dia bahkan mendesak penduduk Kenya di luar negeri membantu menarik turis. Kenyatta mengkritik peringatan yang diberikan Australia dan Inggris terhadap warganya agar menghindari Nairobi dan resor-resor di pantai Kenya. Sayangnya, peringatan dari Australia dan Inggris itu benar adanya. (AFP/Reuters/BBC/sha/c4/ami/jpnn)
MOGADISHU - Penduduk Kenya menyalahkan pemerintah atas serangan militan Al Shabaab yang terus terjadi di negaranya. Mereka mengatakan tensi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer