Warga Miskin Berjuang Sekolahkan Anak
Selasa, 29 Juni 2010 – 13:13 WIB
Joko mengaku punya simpanan, tapi jumlahnya tak cukup untuk menutup biaya masuk sekolah kedua anaknya. "Terpaksa saya pinjam uang ke pengurus PKK (pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga) kampung saya," lanjut dia. Biaya sekolah anaknya tertutup, sebagai gantinya, Joko punya kewajiban mengangsur setiap bulan ke pengurus PKK.
Sekarang, Joko -yang juga anggota Linmas Kelurahan Sewu- kembali pusing. Salah satu anaknya yang duduk di bangku SD sudah menyodorkan biaya pembelian buku dan lembar kerja siswa (LKS) sebesar Rp 223 ribu. "Mungin bagi orang lain biaya tersebut murah, tetapi bagi kami sangat tinggi," keluh Joko.
Laki-laki paruh baya itu berharap, biaya sekolah tak terus naik setiap tahun. Dia menilai anak-anak dari keluarga tidak mampu paling banyak dirugikan karena mahalnya biaya pendidikan. Mereka terpaksa masuk sekolah yang minim fasilitas dan bermutu rendah. Dampaknya, kualitas mereka tak sebagus anak orang berpunya yang bisa menuntut ilmu di sekolah favorit. "Memasukkan anak ke sekolah favorit bagi kami hanyalah impian," tandas Joko. (ridho /aj/jpnn)
Liburan sekolah seperti saat ini adalah masa bahagia bagi anak-anak. Tetapi menjadi masa memusingkan bagi orang tua, terlebih bagi mereka yang harus
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Berdikari Berkomitmen Beri Harga Terjangkau untuk Daging Ayam hingga Kerbau
- Demi Perbaikan Hukum, Presiden Prabowo Disarankan Mencopot Jenderal Listyo
- IPW Minta Masyarakat Menunggu Hasil Penyelidikan Kasus Penembakan di Semarang
- Prarekonstruksi Polisi Tembak Siswa SMKN 4 Semarang, Ada 3 Lokasi
- Tok, Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Tom Lembong
- Jaksa Dianggap Mengambil Alih Kewenangan Penyidikan di Kasus Korupsi Timah