Warga Muda Korea Selatan Tidak Menghendaki Reunifikasi
Selatan menjadi negara dengan teknologi tinggi dan warganya hidup dalam suasana penuh persaingan, sementara Utara mandek dan semua direncanakan dari pusat.
Warga muda Korea Selatan melihat perbedaan yang begitu besar itu membuat reunifikasi tidak akan bisa berjalan mulus.
Seorang mahasiswa Tae-wan Kim mengatakan generasi muda tidaklah mau membayar biaya bagi perujukan kembali yang bisa mencapai puluhan miliar dolar.
"Generasi kami berpikir mengapa kami harus membayar miliaran dolar, ini bukan tugas kami. Kami sudah berjuang membuat perekonomian bagus, kami sudah berkorban, mengapa harus membuang semua itu." katanya.
Photo: Tae Wan Kim mengatakan tidak mau membayar biaya penyatuan kembali yang bisa mencapai miliaran dolar. (ABC News: Brant Cumming)
"Saya kira mustahli untuk memperkecil jurang perbedaan. Korea Selatan adalah demokrasi, Korea Utara adalah komunis. Ada perbedaan 180 derajat."
Generasi muda mengatakan bahwa membanjirnya warga Korea Utara akan mengancam kesejahteraan Korea Selatan, dan mahasiswi S2 Kyeyu Kwak memperkirakan hakl itu bisa membuat persaingan lebih ketat untuk masuk ke universitas atau mencari pekerjaan.
"Warga Korea Utara pasti lebih susah untuk beradaptasi dengan budaya Korea Selatan, karena teknologi kami sudah berkembang begitu canggihnya, dan bahasa kami juga sudah sangat berbeda." katanya.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat