Warga Pulau Sebatik, Hidup di Bawah Iming-Iming Kemakmuran Malaysia
Pakai Tutup Panci Sudah Bisa Tangkap Siaran Televisi Malaysia
Senin, 05 Januari 2009 – 12:17 WIB
Syuaib adalah salah seorang di antara 300 kepala keluarga (KK) yang tinggal di atas garis perbatasan. Bahkan, rumahnya sudah masuk wilayah Malaysia. Sudah puluhan tahun dia ’’numpang’’ di tanah negeri tetangga itu. Selama itu pula kondisinya aman-aman saja. Pemerintah Malaysia tak pernah menegur, apalagi mengusirnya. ’’Tapi, kami ini siap saja jika pemerintah Malaysia menyuruh untuk angkat kaki. Kami ini hanya menumpang,’’ ungkap bapak tiga anak itu.
Sebagian Pulau Sebatik yang berpenduduk sekitar 30 ribu jiwa memang masuk wilayah Malaysia. Untuk wilayah Indonesia, secara administratif, masuk Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.
Indonesia menguasai dua kecamatan di Sebatik. Yaitu, Sebatik Induk dan Sebatik Barat, yang masing-masing menaungi empat desa. Desa-desa yang masuk Sebatik Induk adalah Tanjung Karang, Tanjung Aru, Sungai Nyamuk, dan Sungai Pancang. Sedangkan desa-desa yang berada di Sebatik Barat adalah Aji Kuning, Binalawan, Setabu, dan Liyangbunyu. Beberapa patok perbatasan yang berada di Sebatik adalah patok tiga di Dusun Abadi, Desa Aji Kuning, dan patok satu berada di Pangkalan TNI Angkatan Laut di Sungai Pancang. Sedangkan Malaysia menguasai kota Tawau.
Penduduk dua negara di kawasan itu seakan sudah menyatu. Dalam hal perdagangan dan pelayanan kesehatan, hampir tak ada perbedaan antara warga Indonesia dan Malaysia.
Tetapi, tentu warga Indonesia lebih banyak bergantung kepada fasilitas yang dimiliki warga Malaysia. ’’Kami sudah lama menggunakan dua mata uang ringgit dan rupiah untuk transaksi. Baik itu jual beli bahan makanan, elektronik, maupun produk-produk yang lain,’’ ungkap Mansyur, ketua RT 04 Desa Aji Kuning, Sebatik Barat.
Bukan hanya itu. Jika ada warga Sebatik Barat yang sakit parah, mau tak mau, mereka harus dilarikan ke Tawau. Sebab, pelayanan dan fasilitas kesehatan memadai hanya terdapat di sana.
Untuk bisa berobat ke rumah sakit di Tawau juga tidak membutuhkan prosedur berbelit. Cukup dengan rekomendasi atau rujukan dari puskesmas atau rumah sakit setempat (Sebatik Barat), rumah sakit di Tawau siap menerima.
’’Kebanyakan warga kita berobat ke Tawau. Tapi, jika sakit parah, syaratnya harus mendapat rujukan dari puskesmas di Sebatik atau Nunukan,’’ ungkap Junaidi, camat Sebatik Barat. (nw)
Soal informasi, warga Pulau Sebatik lebih akrab dengan siaran televisi Malaysia. Tidak perlu peralatan canggih. Cukup dengan tutup panci, tayangan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408