Warga Shanghai Bersuka Ria dengan Berakhirnya Lockdown Ketat Selama Dua Bulan Terakhir

"Di malam menjelang tahu ajaran baru, saya senang dengan dimulainya semester baru namun juga ada perasaan takut."
Shanghai mencatat 29 kasus baru hari Senin, turun tajam dari angka 20 ribu per hari pada bulan April.
Di ibu kota Tiongkok Beijing pembatasan juga mulai dilonggarkan di beberapa distrik pada hari Selasa.
Menurut laporan media lokal, tiga lab testing di Beijing sedang diselidiki oleh polisi karena 'protokol testing yang tidak benar' sehingga menghasilkan hasil tes yang tidak akurat.
Sebuah kota yang terluka
Selama dua bulan Shanghai harus menjalani lockdown ketat membuat warga di kota ekonomi terpenting di dunia tersebut kesulitan mendapatkan bahan makanan dan obat-obatan.
Keluarga terpisahkan dan ratusan ribu orang dipaksa menjalani karantina terpusat.
Di beberapa pabrik dan kantor yang tetap buka - termasuk kantor para pejabat pemerintah Shanghai - banyak pekerja tidak bisa kembali ke rumah mereka dan hidup dengan fasilitas seadanya selama lockdown tersebut.
Beberapa warga berkumpul di kawasan yang dikenal dengan nama perkampungan Prancis di Shanghai tadi malam merayakan dicabutnya lockdown di kota tersebut dengan menenggak minuman anggur
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia