Warga Uyghur Di Australia Alami Intimidasi Oleh Polisi China
Dawud mengaku dirinya berusaha menghindari kembali ke China [untuk menyerahkan identitas dirinya] dengan hanya mengirim surat kepada polisi dari tempat kerjanya untuk membuktikan bahwa dia memiliki pekerjaan.
Namun, dia menuturkan setelah itu tuntutannya semakin meningkat.
"Ketika saya mengirim email itu [ke keluarga saya], mereka meneruskannya kepada polisi dan polisi mengatakan saya sekarang harus mengirim data identitas anak-anak saya dan bahkan paspor istri dan anak-anak saya serta foto-foto terbaru mereka," katanya.
Photo: Para pekerja berjalan menyusuri pagar pembatas fasilitas pendidikan vokasi di Dabancheng tahun lalu. (Reuters: Thomas Peter)
Dia mengatakan dirinya khawatir berbicara dapat mengakibatkan keluarganya di China dapat ditempatkan di "kamp pendidikan ulang" pemerintah yang berkembang pesat.
"Kekhawatiran utamanya masih tentang kerabat kami di sana ... mereka tidak bisa berbicara atas nama mereka sendiri.
"Ini seperti mafia, tidak berbeda dengan mafia."
Pengawasan dan penahanan
Wilayah otonom Xinjiang yang luas di barat laut China merupakan rumah bagi sekitar 24 juta orang, dengan mayoritas warganya Muslim Uyghur yang berbahasa Turki.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata