Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir
Minggu, 05 Oktober 2008 – 08:22 WIB

Trio bom Bali II, Amrozi, Mukhlas, Imam Samudra.
Anda ingin dikenang seperti apa jika memang jadi dieksekusi, sebagai mujahid?
(M): Itu semua bukan menjadi tujuan saya. Tujuan saya adalah berperang untuk menjunjung kalimat Allah. Jihad fi sabilillah. Mau namanya harum, itu bukan urusan kami. Yang jelas, kami tidak akan minta grasi karena itu akan ada lima dosa. Dosa syirik, dosa haram, dosa dihinakan, akan dicela, dan kami tidak mau ditipu.
(IS): (Masih sama seperti jawabannya pada Januari 2008). Lupakan saja karena apa yang saya lakukan hanyalah melaksanakan firman Allah. Kami ini hanya secuil debu. Kami bukan selebriti.
(A): Tak kepikiran soal itu. Namun, konsekuensi perjuangan seperti ini cuma dua. Kalau tidak mati, ya dihukum. Tapi, bukan berarti kami dihukum lalu kalah. Saya ingin anak-anak saya nanti paham Islam dan melanjutkan perjuangan saya. (Kalau) Mahendra (anak pertama Amrozi, Red) masih begitu sekarang (suka ngebut), mungkin mengikuti jejak Abinya yang dulu juga trek-trekan (tertawa).
Bagaimana perjuangan akan dilanjutkan setelah Anda dieksekusi?
(A): Insya Allah terus. Tidak akan pernah berhenti. Seperti kami yang di penjara menang, mati menang, dibuang menang. Yang kalah itu, jika kita condong pada kebatilan dan condong pada orang thogut dan orang kafir. Tapi, kami tidak pernah kalah. Sampai mati saya akan tetap semangat! Bila ada kesempatan, saya akan mengebom lagi orang-orang yang tidak jelas itu.
(M): Mujahid yang tegar, yang sabar, dan istikamah, maka dia akan untung terus. Menang terus. Akan ada sebelas kemenangan. Misalnya, menang dalam prinsip, menang dalam melawan setan, menang terus. Dieksekusi menang, dipenjara menang, diborgol menang, disiksa menang. Gak ada rugi. Insya Allah khusnul khatimah ketemu bidadari.
Trio terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mengaku tak gentar pada hukuman mati. Mereka juga tak yakin
BERITA TERKAIT
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah