Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir

Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir
Trio bom Bali II, Amrozi, Mukhlas, Imam Samudra.
Soal dimakamkan di mana, belum terpikir lagi. Kami sudah wasiatkan semua diserahkan keluarga. Mulai presiden sampai eksekutornya. Soal cara (eksekusi kami), ya tentu terserah mereka. Mau ditembak, mau disuntik mati, di-qisash (pancung), terserah. Yang penting, kami tidak boleh setuju dengan eksekusi. Haram hukumnya karena itu dikutuk Allah.

Tolong bedakan antara penyelundup narkoba dihukum mati, maling dihukum mati, dengan kami (dihukum mati). Kalau narkoba dihukum mati, itu pelanggaran dia, jadi tidak ada risiko. Tapi, mujahid dihukum mati, itu ada konsekuensinya. Allah bilang (menyitir Alquran), mereka yang membunuh orang beriman dengan sengaja, maka mereka akan kekal selama-lamanya di neraka. Kecuali kalau kami ini diadili di pengadilan Islam, ulama-ulama yang mengadili, dan diputuskan qisash, ya sudah.

Ada permintaan terakhir karena akan dieksekusi akhir tahun ini?

(A): Tidak ada permintaan terakhir. Jangan dipelintir. Kata siapa akan ada eksekusi akhir tahun ini? (Dijawab dari Jaksa Agung Hendarman Supandji, Red). Oh, dia itu insya Allah mati duluan. Saya tak pernah khawatir dan takut. Nyawa saya itu tidak ada hubungannya dengan eksekusi. Tak ada hubungannya dengan grasi dan dengan jaksa. Mudah-mudahan keluarga tetap sabar dan ini dijadikan catatan hidup. Semua anak cucu saya akan membalas.

(M): Ini semakin meyakinkan saya bahwa umur benar-benar di tangan Allah. Ayatnya sangat jelas, ajal itu tidak bisa disegerakan dan tidak bisa ditunda. Digertak-gertak untuk dieksekusi, tak menggerakkan bulu kami satu pun karena itu adalah ketentuan Allah. Meski demikian, kita harus antisipasi, dengan kaji hukum-hukumnya.

Jadi, tidak ada penyesalan?

Trio terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mengaku tak gentar pada hukuman mati. Mereka juga tak yakin

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News