Warning Indef Terkait Gagal Bayar Utang Amerika Serikat, Ada Apa?

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah dinilai memerlukan langkah antisipatif terkait dampak gagal bayar utang Amerika Serikat (AS).
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kegagalan AS membayar utang menjadi suatu pertanda bahwa ada perburukan resesi.
“Kalau AS tidak membayar utangnya, pasti resesinya akan makin buruk dan otomatis kita terdampak. Ini harus diperhatikan,” kata Tauhid dalam diskusi Indef yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin.
Menurut Tauhidu, pemerintah perlu memperhatikan sektor ekspor-impor.
Sebab, sektor tersebut bakal menunjukkan bagaimana pengaruh AS terhadap perekonomian Indonesia.
Tauhid menampilkan data ekspor-impor nonmigas Kementerian Perdagangan yang memperlihatkan bahwa ekspor ke Amerika Serikat menunjukkan penurunan sementara impor mengalami peningkatan.
Ekspor nonmigas ke AS, sebagai salah satu mitra dagang utama, pada Januari hingga Februari 2022 tercatat sebesar USD 4,9 miliar. Kemudian, nilainya turun 22,14 persen menjadi USD 3,5 miliar pada periode yang sama 2023.
Di sisi lain, kontribusi ekspor AS terhadap kinerja ekspor Indonesia sebesar 9,41 persen.
Pemerintah dinilai memerlukan langkah antisipatif terkait dampak gagal bayar utang Amerika Serikat (AS).
- PT Bali Ragawisata Digugat Pailit ke PN Jakpus, Salah Satunya Diajukan Pemegang Saham
- Rambah Pasar Amerika Serikat, OKX Luncurkan Bursa Kripto Terpusat & Dompet Crypto Web3
- Gakoptindo Yakin Kebijakan Tarif Trump tak Memengaruhi Harga Kedelai dari AS
- Cadangan Devisa Indonesia Naik, Ternyata Ini Sumbernya
- 33 Tahun Ada, Tupperware Resmi Hengkang dari Aktivitas Bisnis Indonesia
- Perang Dagang China-AS, Prabowo Bimbang Keduanya Teman Baik