Waspada! 4 Fenomena Terorisme Jelang Sidang Otak Bom Thamrin
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan teror Bom Surabaya di Jawa Timur (Jatim), pascakekacauan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Mako Brimob, Depok, menunjukkan Polda Jatim kedodoran dalam manajemen sistem deteksi dan antisipasi dininya.
“Sehingga jajaran kepolisian dan intelijen seakan tidak berdaya dan tidak solid,” kata Neta, Senin (14/5).
IPW mencemaskan situasi ini terutama jika jajaran kepolisian tidak bisa segera mengendalikan situasi. Masyarakat akan semakin resah dan merasa tidak aman, sementara bulan suci Ramadan sudah di depan mata.
“Bagaimanapun masyarakat butuh situasi aman saat melaksanakan ibadah Ramadan,” tegasnya.
Neta menuturkan, Polri dan kalangan intelijen perlu bekerja superkeras untuk menghentikan aksi teror ini agar tidak ada celah bagi teroris untuk beraksi.
Terutama menjelang sidang tuntutan terhadap tokoh teroris Aman Abdurrahman yang rencananya akan berlangsung Jumat (18/5) ini di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).
Dia mengingatkan bahwa Aman adalah otak Bom Thamrin. Ucapan dan perintah tokoh JAD ini sangat didengar dan diikuti para pengikutnya termasuk melakukan aksi bom bunuh diri.
“Situasi ini perlu diantisipasi kepolisian. Pagar betis harus dilakukan agar pengikut Aman tidak punya celah untuk menebar teror balas dendam,” katanya.
Kasus Bom Surabaya menunjukkan bahwa pelaku bukan lagi hanya dari kalangan ekonomi lemah tapi juga sudah melibatkan kalangan ekonomi mapan.
- Anak Polisi Korban Bom Surabaya Diterima Sebagai Bintara Polri
- Densus 88 Beber Fakta 3 Terduga Teroris yang Ditangkap NTB, Ternyata
- Masih Ingat Aksi Heroik AKBP Untung Sangaji? Begini Aktivitasnya Kini
- Abbey Senang Ike Sedih
- Margarito Kamis: Saya Kenal Neta S Pane Sebagai Orang yang Baik
- Neta S Pane Meninggal Dunia, Begini Penjelasan dari Kerabatnya