Waspada, Anak Bisa Mengira Cabul Itu Wajar
jpnn.com - Tidak semua anak menyadari bahwa perbuatan cabul adalah salah dan melanggar. Anak yang menjadi korban kekerasan seksual ternyata bisa menganggap hal yang dia alami itu wajar.
Salah satu faktor penyebabnya adalah peristiwa yang berulang sejak kecil. Apalagi jika tidak ada yang memberi tahu bahwa yang dialami itu sesuatu yang salah.
Psikiater National Hospital dr Aimee Nugroho SpKJ mengatakan, kasus seperti di atas memang bisa terjadi. Dalam alam bawah sadar anak korban pencabulan bisa tertanam bahwa dirinya pantas mendapatkan kekerasan seksual. "Bahkan, ketika dia mendapat kekerasan fisik," katanya.
Kondisi itu pulalah yang mungkin terjadi dalam kasus pencabulan terhadap bocah 13 tahun yang diungkap Polrestabes Surabaya kemarin. Pelaku yang jumlahnya delapan orang juga masih anak-anak. Semua tinggal di kawasan Kalibokor Kencana. Si korban bahkan sering ketagihan dan mengajak pelaku berbuat cabul.
Jika kondisi semacam itu, kecenderungan berikutnya membahayakan. Korban pencabulan justru berusaha mencari teman atau pasangan hidup yang juga memperlakukannya seperti itu. Merasa senang, aman-aman saja, dan tidak ada yang menganggap bahwa perbuatan tersebut salah.
Karena itu, Aimee mengingatkan kembali bahwa orang tua menjadi kunci untuk mencegah persoalan semacam itu. Misalnya, sejak dini diajarkan bahwa yang boleh membuka baju dan menyentuh dirinya hanya orang tua dan dokter. "Jika ada orang lain yang melakukan hal tersebut, ajarkan anak untuk berteriak atau lari," ujarnya.
Selanjutnya, anak perlu dibiasakan untuk terbuka dengan orang tua. Jangan sampai antara orang tua dengan anak ada gap yang terlalu besar. Jika itu terjadi, anak tidak leluasa bercerita. "Orang tua harus bisa menjadi pendengar yang baik. Jangan membuat anak enggan bercerita," jelasnya.
Aimee juga menyarankan setiap orang tua tahu apa yang dilihat buah hatinya. Misalnya, untuk tayangan televisi yang sekiranya membutuhkan pendampingan. Maka, wajib hukumnya orang tua menyediakan waktu untuk menemani. "Jika ada adegan yang tidak sesuai dengan usia si anak, orang tua bisa memproteksi sekaligus menjelaskan," ujarnya. (lyn/c6/fat/flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Wamentrans Viva Yoga Berencana Revitalisasi Kawasan Transmigrasi untuk Mendukung Program Food Estate
- Wamen Viva Yoga: Kami Rancang Pembangunan Sentra Sapi Perah di Daerah Transmigrasi
- Ramses Nilai Rencana Bangun Universitas HAM Sangat Tepat di Indonesia
- Pimpinan DPR Mendukung Rencana Sekolah Negeri-Swasta Gratis di Jakarta
- Ivan yang Suruh Siswa Menggonggong Dapat Kejutan dari Tahanan Polrestabes Surabaya
- Pengukuhan Kepengurusan KWP 2024-2026, Ariawan: Saatnya Bersinergi dan Berkolaborasi