Waspada Demam Berdarah, Jangan Tunda Periksa ke Dokter
jpnn.com, GRESIK - Pada Sabtu (9/2) pukul 14.00, tubuh seorang bocah digotong masuk ruang IGD RSUD Ibnu Sina. Kondisinya buruk. Trombosit anak 12 tahun asal Balongpanggang itu tinggal 14 ribu.
Masuk ICU, trombositnya tinggal 11 ribu sel/mm. Dia meninggal. Ade (nama samaran) hanya mampu bertahan sekitar dua jam di ICU.
Demam berdarah (DB) merenggut nyawanya. ''Saat di perjalanan, (pasien) mengalami dengue shock syndrome (DSS),'' kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gresik dr Ummi Khoiroh.
Laporan dari RS memastikan Ade memang meninggal akibat DB. Keluarga terlambat mengobatkannya.
Dua pasien DB lain mengalami hal sama. Nyawa mereka tidak tertolong karena telat memperoleh perawatan. Sampai di RS, keadaan benar-benar kritis. Pasien dari Manyar sampai ke RS dengan trombosit sudah 46 ribu sel/mm.
Kemudian, trombosit pasien asal Cerme hanya 29 ribu sel/mm ketika tiba di RS. ''Trombosit sudah benar-benar minim,'' ujar dokter lulusan Universitas Airlangga (Unair) tersebut.
Padahal, lanjut Ummi, kekurangan trombosit sebenarnya dapat diatasi jika pasien segera tertangani. Dehidrasi pun bisa ditanggulangi.
Buktinya, ada juga pasien yang trombositnya cuma 45 ribu sel/mm. Namun, dia segera diperiksakan ke dokter.
Pasien demam berdarah meninggal karena terlambat mendapat pertolongan dan rendahnya darah trombosit.
- Cegah DBD, Ribuan Keluarga Ikut Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk
- Kasus DBD Meningkat, Upaya Preventif Jadi Alternatif
- Tren Penyebaran Kasus DBD di Solo Menurun
- Kasus DBD Tembus 88 Ribu, Lestari Moerdijat: Efektivitas Pencegahan Harus Ditingkatkan
- DBD Jadi Momok Menakutkan di Banyuwangi, Periode Januari-April 205 Kasus, 4 Orang Meninggal Dunia
- 4 Pasien DBD di Banyuwangi Meninggal Dunia