Waspada Provokasi Lewat Medsos dan WhatsApp

jpnn.com, JAKARTA - Pilkada serentak akan digelar 27 Juni 2018 di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota. Hajatan sebelum pemilu 2019 ini menghangatkan suasana masyarakat, tak terkecuali di media sosial dan aplikasi chatting, seperti WhatsApp.
"Tidak tertutup kemungkinan akan banyak usaha provokasi lewat media sosial dan aplikasi WhatsApp," kata pakar keamanan siber Pratama Persadha, Senin (25/6).
Dia mengatakan Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp paling rentan digunakan sebagai provokasi di hari tenang pilkada serentak 2018.
Medsos dan WhatsApp relatif mudah digunakan oleh siapa saja. Bahkan di Twitter bisa lihat banyak sekali hoaks dan akun-akun yang menyebarkan berbagai kabar palsu.
"Tujuannya jelas untuk merusak suasana tenang pilkada,” tegasnya.
Chairman Communication System Security Research Center ini menambahkan aparat bersama masyarakat bisa melakukan kontrol bersama.
Di grup WhatsApp dan media sosial, masyarakat bisa mengingatkan kawannya yang mem-posting berita maupun konten hoaks lainnya. Konten hoaks tidak hanya berita.
Foto dan video kini juga sangat rawan dimanipulasi. Karena itu, masyarakat juga perlu inisiatif untuk langsung mengingatkan kawannya yang terlanjur mem-posting hoaks atau konten provokasi lainnya.
Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp paling rentan digunakan sebagai provokasi di hari tenang pilkada serentak 2018.
- RUU KUHAP Bolehkan Lapor Polisi Via Medsos, Sahroni: Mudah dan Antipungli!
- Menjelang PSU, Calon Bupati Parimo Nizar Rahmatu Dilaporkan ke Bawaslu
- Pantau Langsung PSU Pilkada Siak, Irjen Herry: Kami Kawal Keamanan hingga Tuntas
- Mahasiswa Imbau Masyarakat Jangan Terprovokasi Hoaks di Medsos
- Wamendagri Ribka Tegaskan Kabupaten Magetan Siap Laksanakan PSU
- Minta Korlantas Polri Tindak Pelaku Bus Oleng, Sahroni: Cabut SIM Sopir dan Tegur PO-nya