Wawancara Khusus ABC Dengan Dua Pilot Perempuan Pertama Asal Papua

"Perlu motivasi yang kuat, karena tesnya banyak sekali. Saya harus melewati 12 tahapan. Prosesnya dari awal Desember lalu baru diumumkan Juni lalu," tuturnya.
Sementara, Martha Itaar, 23 tahun, mengaku sudah tidak sabar untuk bertugas melayani penerbangan di tanah kelahirannya.
"Cita-cita saya dari dulu memang bisa menerbangkan pesawat dan melayani rute penerbangan di Papua dengan maskapai internasional dan untuk di Indonesia, Garuda yang terbaik."
"Saya sudah tidak sabar ingin terbangkan pesawat," kata putri kelahiran Kabupaten Waropen, Papua ini.
Kesempatan bergabung dengan Garuda Indonesia ini datang setelah Vanda dan Martha merampungkan studi di sekolah penerbangan Nelson Aviation College, Selandia Baru.
Keduanya berangkat ke Selandia Baru pada 2014, dengan didanai oleh program beasiswa dari dana Otonomi Khusus (Otsus) pemerintah provinsi Papua.
Vanda dan Martha bahkan meraih penghargaan sebagai penerbang terbaik sepanjang tahun untuk mahasiswa internasional (Best all round flying performance for international students).
Mereka mendapatkan sertifikasi berupa Private Pilot License, Commercial Pilot License dan Multi Engine Instrument Rating.
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun