Wawancara Khusus ABC Dengan Dua Pilot Perempuan Pertama Asal Papua
"Waktu pas SMA saya dibawakan miniatur pesawat dan itu pesawat Garuda sama ayah saya, dari situ saya mulai tertarik dengan dunia penerbangan."
"Dan saya itu orangnya kalau sudah set goal akan fokus kesana, jadi sejak bercita-cita menjadi pilot saya memang sudah mengincar beasiswa, karena saya tahu sekolah penerbangan itu mahal-mahal. Jadi jalan satu-satunya hanya dengan mendapatkan beasiswa."
"Dan tantangan untuk mendapat beasiswa itu Bahasa Inggris, sementara di Papua saya akui pengajaran Bahasa Inggrisnya kurang, jadi saya harus memotivasi diri untuk belajar Bahasa Inggris sendiri," tuturnya.
Kerja keras dan prestasinya yang menonjol di bidang akademis membuat anak dari Yacobus Itaar ini terpilih menjadi 1 dari 4 anak Papua yang mendapat beasiswa sekolah aviasi di Selandia Baru.
"Kelebihan belajar Aviasi di Selandia Baru itu, standar pendidikannya dan kesempatan untuk mengambil ilmu lebih besar.'
"Contohnya kita dikasih kesempatan untuk memilih airport mana untuk terbang. Pelatihannya juga sangat detil dan disiplin."
"Dan karena dunia aviasi tidak lepas dari komunikasi dalam bahasa Inggris, maka kalau belajar di luar kita lebih lancar berbahasa Inggris," tuturnya.
Martha Itaar berharap pencapaian yang diraihnya bisa memotivasi rekan-rekannya sesama anak Papua untuk bercita-cita tinggi.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata