Wawancara Khusus ABC Dengan Dua Pilot Perempuan Pertama Asal Papua

"Waktu pas SMA saya dibawakan miniatur pesawat dan itu pesawat Garuda sama ayah saya, dari situ saya mulai tertarik dengan dunia penerbangan."
"Dan saya itu orangnya kalau sudah set goal akan fokus kesana, jadi sejak bercita-cita menjadi pilot saya memang sudah mengincar beasiswa, karena saya tahu sekolah penerbangan itu mahal-mahal. Jadi jalan satu-satunya hanya dengan mendapatkan beasiswa."
"Dan tantangan untuk mendapat beasiswa itu Bahasa Inggris, sementara di Papua saya akui pengajaran Bahasa Inggrisnya kurang, jadi saya harus memotivasi diri untuk belajar Bahasa Inggris sendiri," tuturnya.
Kerja keras dan prestasinya yang menonjol di bidang akademis membuat anak dari Yacobus Itaar ini terpilih menjadi 1 dari 4 anak Papua yang mendapat beasiswa sekolah aviasi di Selandia Baru.
"Kelebihan belajar Aviasi di Selandia Baru itu, standar pendidikannya dan kesempatan untuk mengambil ilmu lebih besar.'
"Contohnya kita dikasih kesempatan untuk memilih airport mana untuk terbang. Pelatihannya juga sangat detil dan disiplin."
"Dan karena dunia aviasi tidak lepas dari komunikasi dalam bahasa Inggris, maka kalau belajar di luar kita lebih lancar berbahasa Inggris," tuturnya.
Martha Itaar berharap pencapaian yang diraihnya bisa memotivasi rekan-rekannya sesama anak Papua untuk bercita-cita tinggi.
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun