Wayang
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
jpnn.com - Wayang adalah bayangan. Pertunjukan wayang kulit adalah bayangan atau refleksi kehidupan. Begitu kata orang Jawa mengenai filosofi wayang.
Karena itu sebagian dari penggemar fanatik wayang menonton pertunjukan itu dari balik layar sehingga benar-benar menyaksikan wayang atau bayangan yang sesungguhnya.
Filosofi wayang menjadi bagian dari filosofi hidup manusia Jawa. Pertarungan tidak pernah henti "perpetual fight" antara kebaikan dan keburukan, antara kiri dan kanan, antara yang hak dan yang batil, antara Kurawa melawan Pandawa.
Kurawa adalah koalisi seratus orang bersaudara dipimpin oleh Prabu Duryudana, seorang raja yang kuat secara fisik, tinggi besar, dan punya kesaktian tinggi.
Duryudana harus memimpin koalisi seratus saudaranya yang punya karakter sangat beragam, dari mulai yang paling culas sampai yang mirip penjahat.
Namun, di kalangan koalisi Kurawa atau Astina itu juga banyak terdapat pangeran, raja, dan pandita yang berakhlak mulia.
Pandawa atau Amarta hanya terdiri dari lima bersaudara Puntadewa, Bimasena, Arjuna, dan si kembar Nakula-Sadewa.
Pandawa dan Kurawa bersaudara dekat karena dilahirkan dari satu bapak dan beda ibu.
Pasopati yang menjadi andalan Arjuna membelah dada Karna. Arjuna menangis. Karna mati dengan tersenyum.
- Sosialisasi Empat Pilar MPR, Lestari Moerdijat Hadirkan Pertunjukan Wayang Kulit
- Hari Wayang, Kiai Paox Iben Sebut Kebudayaan Jembatan antara Pemerintah dan Rakyat
- KPK Panggil Bos PT Kereta Api Properti Manajemen
- Belangkon Merah
- 'Selamat Datang di Blok Medan': Melihat Pertarungan Pilkada di Luar Jawa
- Bicara Sebelum Acara Wayang, Hasto Ungkit Pesan Moral dari Sosok Kumbokarno