Wayang Orang Sriwedari Solo Peringati Hari Jadi Ke-101
Libatkan 101 Seniman, Pernah Pentas tanpa Penonton
Sabtu, 09 Juli 2011 – 08:08 WIB
Memasuki 90-an, wayang orang mulai dijauhi penonton lantaran kalah bersaing dengan tontonan modern. Hadirnya tontonan serupa dengan kemasan berbeda menggerus wayang orang yang waktu itu tetap bersikukuh dengan pakem wayang orang lawas.
Cerita yang diperankan, dialog naskah yang diutarakan, serta sajian panggung tidak bisa mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah. Ditambah, kondisi gedung yang sudah dimakan umur serta tak terurus. Kondisi tersebut diperparah adanya terjangan krisis moneter pada 1998 yang melanda seluruh negeri ini.
"Dulu, sering kami pentas rutin setiap Sabtu malam gak ada penonton sama sekali. Jangankan menargetkan 30 orang, lima penonton saja tidak sampai," ujar Diwasa kepada Radar Solo (Group JPNN).
Selama kurun sekitar 15 tahun, boleh dibilang para seniman wayang orang bertahan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan karena sepinya penonton. Dengan menggantungkan gaji sebagai pegawai honorer Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Solo, puluhan seniman tersebut tetap bersemangat untuk tetap berkarya. Perhatian pemerintah menjadi salah satu kunci untuk membangkitkan kembali gairah seni tradisional di Indonesia.
Kesenian ini cukup tua, setua sejarah Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran sebagai trah Dinasti Mataram. Sempat booming sampai ditonton
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara