WHO Akui Penanganan Ebola Memang Kacau
Kantor Tidak Kompeten, Paramedis Tak Dilengkapi Pengetahuan
jpnn.com - Wabah ebola tidak hanya membuat pemerintah Afrika Barat keteteran. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga mendapat imbas serupa. Lembaga di bawah naungan PBB itu dituding tidak becus menangani penyakit tersebut sehingga menyebar ke mana-mana.
* * *
DALAM laporan mereka tentang ebola, WHO justru mengakui bahwa penanganan penyakit menular itu kacau. Laporan yang dipublikasikan kantor berita Associated Press pada Jumat (17/10) tersebut sejatinya bukan untuk konsumsi publik. Dalam dokumen itu, WHO menyatakan bahwa mereka mengacaukan usaha untuk menghentikan penyebaran ebola. WHO menyalahkan banyaknya staf yang tidak kompeten dan sedikitnya informasi sebagai penyebab utama.
Mereka juga menulis, para ahli seharusnya menyadari bahwa metode penahanan penyebaran penyakit menular secara tradisional tidak berlaku. Sebab, sistem kesehatan di Afrika Barat buruk. Lantaran penyebaran penyakit menular itu, lebih dari 4.500 nyawa melayang di Afrika Barat. Sejauh ini, ada 9.200 orang yang positif terkena ebola. WHO dituding tidak bisa menggunakan momentum untuk menghentikan penyebaran virus mematikan tersebut.
Salah satu peneliti virus ebola, Dr Peter Piot, mengamini bahwa langkah WHO terlalu lamban. Mayoritas penyebabnya adalah kantor cabang WHO di Afrika. ’’Mereka tidak melakukan apa pun. Kantor (WHO di Afrika, Red) benar-benar tidak kompeten,’’ ujarnya.
Dalam menanggapi bocornya dokumen tersebut, Sabtu (18/10) WHO berjanji mengulas ebola pada publik. Namun, tidak sekarang, melainkan ketika krisis telah berakhir nanti. Mereka menyatakan, dokumen yang dibocorkan kantor berita AP adalah draf pertama yang kebenarannya belum dicek dan belum dibahas staf mereka. ’’Kami tidak bisa mengalihkan petugas kami yang terbatas untuk menganalisis detail pada laporan terdahulu tersebut,’’ ungkap WHO.
Penanganan yang karut-marut itu sejatinya bukan hanya di Afrika Barat. Bahkan, di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Spayol, respons medis tidak menggembirakan. Petugas yang menangani pasien ebola tidak diberi petunjuk protokoler khusus. Salah satu contohnya adalah pasien ebola Dallas, Texas, Thomas Eric Duncan. Ketika datang ke rumah sakit dengan keluhan panas dan diketahui baru pulang dari Afrika Barat, dokter hanya memberi pil dan menyuruh pulang.
Para perawat yang menangani Duncan yang akhirnya didiagnosis positif ebola tidak diberi petunjuk khusus. Dua perawat juga tertular karena tidak ada standar protokoler penanganan pasien.
Wabah ebola tidak hanya membuat pemerintah Afrika Barat keteteran. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga mendapat imbas serupa. Lembaga di bawah naungan
- Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta Ikut Nobar Laga Indonesia vs Jepang
- KBRI Dili Gelar Nobar Laga Timnas Indonesia vs Jepang
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- Kang TB Sodorkan 4 Catatan Kritis soal Joint Statement Maritime RI-Tiongkok
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Ditunjuk Jadi Wakil Ketua Delegasi, Raja Juli Mendampingi Hashim ke Forum COP29