Wisata Panti Asuhan Dikhawatirkan Jadi Selubung Child Trafficking
Salah satu perusahaan 'wisata voluntir' terbesar di dunia memutuskan hubungan dengan semua panti asuhan di luar negeri, sejalan meningkatnya penentangan terhadap praktek wisata panti asuhan.
Perusahaan bernama Projects Abroad itu memfasilitasi wisata ke panti asuhan di beberapa tempat termasuk Afrika dan Amerika Selatan selama dua dekade terakhir. Namun akhir tahun ini akan mengakhiri seluruh kemitraannya di berbagai negara.
Menurut manajer Projects Abroad di Australia Will Pashley, pihaknya menanggapi penelitian terhadap panti 'industri' asuhan yang menunjukkan banyak anak di panti asuhan memiliki anggota keluarga yang masih hidup.
"Sudah jelas adanya semacam pengaturan panti asuhan dimana sebenarnya yang terjadi adalah perdagangan anak," katanya.
"Kami yakin kami tidak melakukan aktivitas seperti itu, tapi jelas adanya kekhawatiran besar berkembangnya hal tersebut," tambahnya.
Sebuah komite Parlemen Australia baru-baru ini mendengar banyaknya anak-anak yang bukan anak yatim di panti asuhan, dieksploitasi untuk memenuhi permintaan warga Australia yang bermaksud baik untuk menjadi voluntir.
Menurut Senator Linda Reynolds dari Australia Barat, banyak di antara anak tersebut berasal dari latar belakang miskin dan sebagian diculik atau diperdagangkan untuk memenuhi permintaan para wisatawan. Senator Reynolds merupakan anggota komite penyelidikan parlemen untuk penyusunan Undang-Undang Perbudakan Modern di Australia.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat